Gandrung Larosa Arum saat menghibur sejumlah Komunitas dan warga Hongkong. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id - Cuaca Hongkong saat itu sangat panas, sekitar 35 derajat celcius. Kondisi badan para penari Gandrung yang belum begitu stabil, dampak reaksi vaksin kedua cukup membuat tenaga penari gandrung terkuras.
Meski demikian, hari Minggu (31/5/2021) kemarin tari gandrung tetap mampu menampilkan keelokan dan gemulai penarinya. Kali ini tampil dalam acara ulang tahun anggota keluarga Bagas Crew atau Pangestu Krida Budaya, dalam balutan masker merah didominasi kain batik pink dan ungu, cukup membuat penonton terpesona.
Tari Keter Gandrung, kemarin hanya ditarikan delapan orang
personil termasuk penulis. Mereka yang tergabung dalam tim Larosa Arum, kali
ini tidak semua penari bisa ikut turun menggoyang Hongkong. Alasannya,
kesehatan anggota setelah vaksin yang belum seluruhnya pulih. Ada juga beberapa
yang tidak bisa libur.
Pihak tuan rumah, Grup Pangestu Krida Budaya
mempersembahkan Tari Jathilan dan Jaran Kepang khas Ponorogo. Selain itu juga
ada persembahan dari grup lain, seperti Green Famili atau Tresno Wiro Budaya,
Sriwijoyo dan grup - grup kesenian lain yang menampilkan Tari Leak, Barong, Jaranan Birawa dan lainya.
Formasi Gandrung Larosa Arum yang tampil,
Minggu (30/5/2021). (Foto: Istimewa)
Keseruan Hongkong kemarin benar-benar mengundang perhatian
penonton yang kebanyakan pekerja migran, warga pribumi sekaligus para youtuber.
Para jurnalis diitengah cuaca panas masih mampu menyuguhkan kesenian
tradisional Indonesia, dengan beragam keindahannya.
Hari Minggu kemarin, kebetulan bertepatan tanggal 18
Syawal, hari terakhir pemerintah Hongkong mengumumkan untuk seluruh warganya
sekaligus para migran asing melakukan tes swab gelombang kedua.
Reaksi setelah vaksin kedua, dirasakan setiap orang
berbeda-beda. Ada yang muntah, demam tinggi, tangan seperti tak bertenaga,
sangat lelah dan pusing. Begitu juga yang dirasakan tim penari gandrung Larosa
Arum, delapan orang personil mengalami hal yang sama.
Namun tidak menyurutkan semangat seluruh tim untuk saling
melengkapi dan membantu satu sama lain. Pandemi memang belum berakhir, tapi
semangat kami tidak akan pernah berakhir untuk tetap melestarikan budaya
Indonesia sekaligus tetap belajar dan belajar.
Pandemi ini juga mungkin diciptakan sebagai wujud
pembelajaran, bagi kita sendiri agar mampu mengambil hikmah terbaik. Semoga
kita semua selalu dalam lindungan Allah karena sesungguhnya hidup dan mati
adalah milik-Nya.
Cheung Sha wan, 1-6-2021
(Penulis: Tirto Arum, Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Hongkong, Asal
Clruring, Banyuwangi)