Timur Pradoko saat liburan bersama istri dan dua anaknya. (Foto: Dok. Keluarga)
KabarBanyuwangi.co.id - Bagi Timur Pradoko, Ketua Pengadilan Negeri (PN) Tanjungkarang, Lampung, tidak mudik lebaran tahun 2021 ini sudah kedua kalinya selama melaksanakan tugas di berbagai daerah di Indonesia. Sebagai aparat Negara, Pria asli Purwoharjo ini harus memberi teladan kepada yang lain.
“Suasana tidak akan mudik, sebetulnya sudah terasa sejak memasuki bulan Ramadhan. Ada sesuatu yang kurang, seperti yang saya rasakan tahun 2020 lalu,” ujar Koko, begitu sapaan akran mantan PN Banyuwangi dan PN Lamongan Jawa Timur ini kepada KabarBanyuwangi.co.id, Selasa (4/5/2021).
Saat ada kebuputusan dari Pemerintah dilarang mudik
lebaran, bagi Koko tidak terlalu kaget. Mengingat saat Pembinaan Ketua Mahkamah
Agung (MA) di Denpasar awal tahun 2021, semua Hakim diminta memberi contoh
terhadap lingkungan tugasnya, mematuhi protokol kesehatan dan tidak mudik
lebaran.
“Sebelumnya, meski tugas di Nusa Tugara Timur dan
Kalimantan, saya masih bisa pulang lebaran,” ujar alumni S1 dan S2 Fakultas
Hukum Universitas Jember ini.
“Hanya 2 tahun ini, saya harus memberi tauladan yang lain,
dengan tidak memaksakan pulang ke Banyuwangi. Kalau ditanya perasaan, pasti
tidak bisa tergantikan dengan lebaran di kampung halaman,” imbuhnya.
Tahun lalu, Koko sudah bermaaf-maafan dengan sanak keluarga
dan handaitolan melalui telepon, atau WhatsApp (WA). Bahkan dengan anak
laki-laki yang tinggal di Surabaya dan anak perempuannya yang masih kuliah di
Jember, acara maat-maafan dilakukan melalui vidoe confenrence.
“Ya kita manfaatkan teknologi, karena hanya itu yang
memungkinkan. Saat itu, kesedihan kami sekeluarga malah menjadi-jadi. Meski
saling tegur sapa lewat dunia maya, tetapi tidak bisa bersentuhan. Acara takbir
dan sholat Ied bersama yang menjadi agenda tahunan, juga hanya kenangan indah
saja,” kenang Koko.
Keterangan Gambar : Silaturahim
Virtual Keluarga Timur Pradoko, Ketua PN Tanjungkarang, Lampung. (Foto: Dok.
Keluarga)
Saat ditanya kuliner dan kudapan apa yang paling berkesan
saat lebaran, Koko mengaku hampir semua makanan di kampungnya mengesankan.
Tradisi “unjung-unjung” saudara dan keponakan saat lebaran, juga peristiwa yang
sulit dilupkan.
“Saat tugas di Lampung ini, sebetulnya banyak orang
Banyuwangi dan saya sudah berkomukasi. Sempat ada pikiran, berlebaran dengan
saudara-saudara asal Banyuwangi di Lampung,” terang alumni SMPN 1 Cluring dan SMAN
1 Kota Malang ini.
“Namun ada ketentuan, bahwa Ketua PN dan jajarannya
dilarang melakukan open-house di tempat tugas. Kita hanya boleh silaturahim
dengan Forkopimda lewat video conference,” imbuh Koko.
Dalam kondisi demikian, Koko mengaku akan menikmati sebagai
pengalaman dalam perjalanan hidupnya. “Jauh dengan keluarga, sebetulnya sudah
biasa. Namun saat lebaran, itu pengalaman yang jarang. Sekarang yang penting
sehat, saling mendoakan,” pungkas pria yang mengawali sebagai Hakim sejak tahun
1992 ini. (sen)