Napi ini tampak serius mengukir kayu bekas hingga membentuk tulisan hijaiyah. (Foto: Firman)
KabarBanyuwangi.co.id - Sejumlah narapidana di Lapas Kelas II-A Banyuwangi, memiliki cara tersendiri untuk mengisi kesibukan sambil menunggu waktu berbuka puasa, yaitu membuat ukiran kaligrafi bertuliskan huruf arab dari kayu.
Dengan telaten, napi-napi ini tampak serius mengukir kayu bekas hingga membentuk tulisan hijaiyah. Setelah terbentuk, ukiran kaligrafi bertuliskan huruf arab ini langsung diberi pewarna agar terlihat lebih menarik.
Seperti halnya miniatur kakbah, meski hanya miniatur, namun hasil karya para napi ini sangat mirip dengan bentuk aslinya. Selain itu, di tangan kreatif para napi, kayu bekas bisa disulap menjadi berbagai jenis kaligrafi lain yang indah dan menarik, seperti kaligrafi Ayat Kursi berukuran besar, dan tulisan arab lainya.
Harga kaligrafi karya napi ini tergolong sangat murah,
hanya di kisaran Rp 25 ribu hingga ratusan ribu rupiah, tergantung dari tingkat
kesulitan dalam pengerjaan kaligrafi. Selain dijual ke sejumlah galery di
wilayah Banyuwangi, ukiran kaligrafi ini bahkan sudah di ekspor hingga ke
negara gingseng Korea.
Keterangan Gambar : Kalapas
Kelas II-A Banyuwangi didampingi staf melihat kaligrafi karya warga binaaannya.
(Foto: Firman)
“Ini berawal dari salah satu napi yang memang sudah
memiliki keahlian mengukir kaligrafi. Lalu kita rekrut untuk memberikan
pelatihan kepada napi lain untuk mengisi kesibukan di dalam Lapas,” kata
Kalapas Kelas II A Banyuwangi, Wahyu Indarto, kepada sejumlah wartawan beberapa
waktu lalu.
“Hasil karya mereka kita bantu untuk pasarkan ke luar,
melalui pihak ketiga. Bahkan hasil kerajinan tangan para napi Lapas Banyuwangi
ini sudah ekspor hingga Korea,” imbuhnya.
Selain kaligrafi bertuliskan arab, sejumlah kerajinan
tangan lain seperti miniatur sepeda motor, bajaj, hingga becak diciptakan oleh
para napi. Hasil penjualan nantinya akan diberikan kepada para napi itu sendiri
untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk dikirim ke keluarga yang ada di rumah.
“Kelas kerajinan di dalam lapas ini juga diberikan agar
para napi ini bisa memiliki keahlian setelah kembali ke lingkungan masyarakat
nanti, sekaligus untuk ngabuburit para napi menunggu buka puasa,” pungkas
Kalapas. (man)