Awal Belajar Bahasa Using Dikenalkan Kosa Kata Jorok-Jorok (2)Angklung Caruk

Awal Belajar Bahasa Using Dikenalkan Kosa Kata Jorok-Jorok (2)

Karsono sowan ke rumah Ibu Subandiyah, isri almarhum Sahuni di Singojuruh 9 April 2021. (Foto: Dok Pribadi)

KabarBanyuwangi.co.idSetelah 3 bulan tinggal di Desa Alasmalang, bergaul akrab dengan seniman Angklung dan para pemudanya, Karsono pun bulum sungguh-sungguh belajar bahasa Using, mulai menghafal kosa katanya, hingga melafalkan sesuai ucapan orang Using. Berikut lanjutan kisah Karsono, M.Sn Dosen Pendidikan Seni, Prodi PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Mahasiswa Program Doktor Pendidikan Seni Universitas Negeri Semarang. (Redaksi).

Memasuki Desa Krajan Alasmalang, Singojuruh mata saya tertuju pada pemukiman padat dengan rumah-rumah berhimpitan khas permukiman masyarakat Using. Pak Sahuni menghentikan motor dan memarkirnya di tepi jalan, menyapa beberapa orang yang sedang membersihkan gamelan (entah gamelan janger atau gamelan angklung saya lupa).

Saya diajak masuk ke sebuah rumah, kemudian sang empunya mempersilahkan masuk, namanya Bapak Bambang Susanto, musisi seni tradisi di Alasmalang. Setelah kopi terhidang, Pak Sahuni pun berkata.

Baca Juga :

“Mbang, iki sun titip anak isun soko Solo, Karsono arane, riko openi yo. Iki lare ne arep e sinau Tabuhan Bali-Balian, Angklung Caruk”. (Mbang, ini titip anak saya dari Solo, Karsono namanya. Kamu rawat ya. Ini anaknya mau berlajar Tabuhan Bali-Balian, Angklung Caruk).

Pak Bambang menjawab, “Iyo wis Pak, wis mane nong kene. Mane sinau ambi golongane Pandi”, (Iya sudah, biar di sini. Biar belajar dengan teman-temanya Pandi). Pandi adik pak Bambang, seorang Pantus Slenthem Grup angklung Sekar Tanjung Alas Malang.

Pak Was (alm Bapak Eksa Wasono-pemain Saron Sekar Tanjung), “Wis tenang ae Le, akeh konco ring kene seumuran mu. Mengko sun kenalke” (Sudah tenang saja Le, banyak teman di sini seumuranmu. nanti saya kenalkan).

Belum sampai kopi habis, baru sekitar 10 menit duduk dan memasrahkan saya, Pak Sahuni berpamitan dan meminta saya tenang dan kuat di desa itu, karena akan lebih banyak dapat ilmu dibanding tinggal di Klatakan, Singojuruh di rumah beliau. Saya pun mengiyakan dengan takzim, lalu beliau meluncur pergi dengan motornya.

Satu bulan setengah saya lalui kehidupan di Alasmalang, dari pertengahan bulan Juni hingga Juli akhir tahun 2002, saat itu usia saya tepat 22 Tahun. Berbagai teori yang saya pelajari di kampus perihal membangun rapport (hubungan baik) dengan nara sumber dan menyatu dengan kehidupan budaya mulai saya coba praktikkan.

Tidak mudah memang, tetapi lambat laun mulai menampakkan hasil. Pak Bambang melepas saya untuk bergaul dengan berbagai kalangan di desa tersebut, dari mulai seniman hingga ulama. dari usia kecil hingga dewasa.


Karsono, kenangan bersama Pak Hasnan Singodimayan tahun 2003. (Foto: Dok. Pribadi)

Praktik teori antropologi, saya awali dengan belajar kebiasaan-kebiasaan setempat, seperti mandi di pemandian umum, sungai Kluncing, saling bergantian masuk ke aliran sungai.

Awalnya kikuk dan sungkan, harus bertelanjang di depan orang-orang yang belum dikenal. Namun lambat laun mulai terbiasa. Ngobrol bersama, sambil telanjang dan merokok di pinggir sungai, menunggu orang yang lain selesai mandi adalah kebiasaan di pagi dan sore hari.

Kebiasaan siang adalah mengunjungi para seniman angklung sambil ngobrol, merokok, minum kopi. Lalu malamnya begadang bersama pemuda setempat, bermain gitar seadanya sambil menyanyikan lagu-lagu Kendang Kempul seperti Gerajagan Banyuwangi, Semebyar, Gelang Alit, Ulan Andung-andung, dan sebagainya.

Waktu itu rambut saya panjang, sehingga masyarakat setempat mudah mengenali bahwa saya orang dari luar daerah karena aneh. Namun karena kumpul akrab dengan para pemuda setempat, jadi masyarakat lebih cepat juga akrab dan dekat.

Selain kebiasaan saya juga mulai belajar bahasa Using, diawali tentu saja dari kata-kata yang jorok-jorok diajarkan oleh teman-teman pemuda kampung. Setelah itu, lambat laun dapat mulai melafalkan kosa kata bahasa Using, dan dalam waktu 2 minggu sudah dapat berkomunikasi sederhana dengan bahasa Using meskipun “lagu” atau “nada” dialeknya belum pas. (Bersambung)