(Foto: Humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Puluhan generasi milenial dari berbagai komunitas di Banyuwangi belajar pada maestro gandrung sekaligus pelatihan branding produk UMKM Desa dalam Festival Banyuwangi Youth Creative Network (BYCN).
BYCN merupakan kumpulan berbagai komunitas yang meliputi 17 sektor, seperti arsitektur, desain interior, desain produk, fashion, film/video dan animasi, fotografi, kerajian, kuliner, sektor musik, sektor aplikasi, periklanan, televisi/audio/media, seni pertunjukan, seni rupa, dan lainnya.
Mereka berkumpul mengangkat
berbagai potensi desa di Banyuwangi dengan menggelar pelatihan di berbagai
sektor kreatif yang mengacu pada masing-masing potensi desa. Kali ini BYCN
menggelar pelatihan di Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat.
Pada festival yang digelar sejak 24
Agustus 2021 itu, para generasi milenial belajar tari gandrung dari para
maestro gandrung Banyuwangi, seperti Temuk, Dartik, dan Sunasih. Selain itu
mereka juga menggelar pelatihan dan pendampingan branding berbagai produk di
Desa Macan Putih, seperti olahan jamur dan gula semut.
Bahkan mereka juga menciptakan
motif batik baru yang mereka beri nama batik Macan Putih, sesuai sengan nama
desa mereka. Batik tersebut dilaunching Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani,
Sabtu (28/8/2021).
“Kegiatan ini sangat positif,
mudah-mudahan bisa menjadi mendukung desa-desa di Banyuwangi yang memiliki
potensi lokal baik budaya maupun UMKM yang selama ini belum muncul,” ujar Ipuk
Didampingi Kepala Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata MY Bramuda, Camat Kabat, Susanto Wibowo. Dalam kesempatan itu,
Wakil Bupati Sugirah, Kepala SKPD, dan Camat se Kabupaten Banyuwangi yang
mengikuti acara penutupan BYCN 2 secara virtual melalui zoom meeting, Ipuk
mengharapkan, kegiatan ini terus dilakukan dan selanjutnya agar terus
dijalankan untuk memberikan pendampingan UMKM sampai ke tahapan
pemasarannya.
“Pemasaran itu berhubungan dengan
kreativitas, karena tanpa adanya promosi yang kreatif maka produk tidak akan
dikenal orang. Oleh sebab itu, pelaku UMKM sangat penting untuk memiliki
keterampilan untuk membuat suatu produk menjadi lebih menarik,” kata Ipuk.
(Foto: Humas/kab/bwi)
Ipuk menambahkan kegiatan BYCN ini
semoga bisa memacu banyak komunitas anak muda lainnya untuk terlibat dalam
program pemberdayaan masyarakat. "Walaupun sekarang dihadapkan pandemi Covid-19,
tetapi kita harus tetap optimis melakukan langkah-langkah kreatif,” ujar Ipuk.
Ketua BYCN Vicky Hendri Prasetyo
mengatakan festival diawali dengan pelatihan olahan produk jamur dan gula
semut, di hari pertama. Pada hari kedua diisi pelatihan foto produk dan desain
produk, hari ketiga bertema budaya dengan pelatihan gerak dasar tari gandrung.
Selanjutnya di hari keempat mendatangkan maestro gandrung Banyuwangi untuk
mengajar generasi muda menari gandrung.
Vicky menjelaskan sebelum menggelar
festival, dia bersama tim turun ke desa melihat berbagai potensi. Pelatihan
olahan gula semut dan olahan jamur diadakan karena Kabat terkenal dengan dua
potensi ini.
“Dari berbagai potensi itu kami
lakukan pelatihan branding produk, seperti fotografi secara sederhana
menggunakan handphone, sehingga bisa dilakukan oleh siapapun. Selain itu juga
pelatihan desain komunikasi visual agar nanti mereka bisa membuat flyer untuk
di medsos,” kata Vicky.
Vicky yang merupakan pemuda asal Desa Banyucindih, Kecamatan Licin itu mengatakan BYCN kali merupakan chapter 2. "Sebelumnya di chapter pertama, BYCN dilaksanakan di wilayah kecamatan Wongsorejo. Kami masih ada dua chapter lagi yang akan kami gelar," pungkasnya. (Humas/kab/bwi)