Bertahan di Tengah Pandemi, Pelaku Seni Jaranan Buto NgamenSeni Jaranan Buto

Bertahan di Tengah Pandemi, Pelaku Seni Jaranan Buto Ngamen

Penampilan jaranan buto Satria Muda asal Kecamatan Muncar diapresiasi warga. (Foto: Rivani)

KabarBanyuwangi.co.id - Adanya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berlaku, membuat sejumlah pelaku seni jaranan buto di Kabupaten Banyuwangi harus ngamen berkeliling kampung.

Dengan menggunakan mobil pick up, mereka menjajahi sudut kampung maupun di sejumlah persimpangan jalan lampu traffic light lantaran tidak adanya job atau tanggapan yang merupakan pintu rezeki bagi pelaku seni.

Seperti halnya yang dilakoni kelompok jaranan Satria Muda asal Dusun Krajan, Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Mereka berkeliling dalam rangka mengumpulkan saweran dari warga, sekaligus ingin tetap melestarikan budaya asli bumi Blambangan.

Baca Juga :

Tegar Satria Muhammad, Ketua Kelompok Jaranan Satria Muda mengatakan sudah hampir dua tahun dirinya bersama 50 orang personel lainnya harus gigit jari dan frustasi. Mengingat semenjak adanya pandemi Covid-19, seluruh masyarakat tidak diizinkan untuk menggelar segala kegiatan yang berpotensi mengundang kerumunan.

"Kami sudah lelah menunggu diperbolehkannya kembali manggung. Dengan cara ini kita bisa tetap melestarikan budaya sekaligus mendapatkan pemasukan untuk kebutuhan sehari-hari," ungkapnya, Minggu (12/9/2021).

Tegar membeberkan, dalam satu hari kelompoknya bisa mendapatkan saweran dari para penonton yang empati hingga Rp 1 juta. Namun, hasilnya harus mereka bagi kepada puluhan orang pemain, baik penari jaranan maupun penabuh gamelan yang ikut mengamen.

"Dulu sebelum pandemi kita bisa manggung hingga 10 sampai 12 kali dalam sebulan. Dengan total pendapatan sekali manggung bisa mencapai 5 juta rupiah," beber Tegar.

Masih kata Tegar, dirinya berharap agar pandemi Covid-19 bisa segera berakhir. Selain itu, pihaknya juga berharap mendapat perhatian khusus dari pemerintah, agar para pelaku seni tetap optimis dan semangat dalam berkesenian.


Aksi penari jaranan buto lengkap dengan penabuh gamelan. (Foto: Rivani)

Terpisah, M Yanuarto Bramuda, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi menyampaikan bahwa hingga kini pihaknya masih terus melakukan pendampingan kepada para pelaku seni. Dikarenakan selama ini kegiatan dari para seniman harus dibatasi dengan kebijakan PPKM oleh pemerintah pusat.

"Kita mencoba memberikan panggung ke semua sanggar seni. Baik itu jaranan, wayang, janger, dan lainnya secara bergantian. Serta kami juga memberikan tali asih kepada para pekerja seni dari anggaran belanja daerah," kata Bramuda.

Menanggapi adanya para pelaku seni yang berkeliling untuk ngamen, Bramuda juga tidak melarang. Namun, dengan syarat harus tetap mentaati protokol kesehatan.

"Jika pelaku seni harus berkeliling, semua kita kembalikan kepada masing-masing koordinator kelompok seniman. Sepanjang itu tidak melanggar aturan prokes dan tidak berpotensi menimbulkan kerumunan dalam jumlah besar," imbuh Bramuda.

Bramuda juga menambahkan, ke depan seniman diharapkan bisa mencari alternatif lain untuk memberikan penampilan melalui digital seperti media sosial.

"Pemkab Banyuwangi saat ini juga sedang merencanakan cara baru. Dengan menampilkan kreasi seni secara online. Agar seniman bisa tetap survive menghadapi kendala dimasa pandemi Covid-19 ini. Diharapkan mereka nantinya tetap bisa berkarya," pungkasnya. (van)