Prakirawan BMKG Banyuwangi, Anjar Trionohadi memonitor kondisi cuaca melalui layar monitor. (Foto: Fattahur/Dok)
KabarBanyuwangi.co.id - Angin kencang masih melanda wilayah Banyuwangi. Dampak angin kencang ini membuat banyak pohon tumbang, bahkan rumah warga menjadi rusak.
Prakirawan BMKG Banyuwangi, Anjar Trionohadi mengatakan, kondisi ini disebabkan adanya tekanan udara rendah, yang mengakibatkan tingginya kecepatan angin yang bisa mencapai 30 knot atau setara dengan 55 kilometer per jam.
"Angin kencang ini bisa terjadi hampir di seluruh
wilayah, baik di daerah pesisir maupun kawasan pegunungan," kata Anjar
kepada wartawan, Kamis (5/1/2023).
Khusus di wilayah pesisir, kecepatan angin bisa jauh
lebih besar. Itu karena arah angin yang berhembus tidak pasti.
"Angin kecang yang muncul bisa mempengaruhi
ketinggian gelombang di laut. Untuk tinggi gelombang di Selatan Jawa masih
berpotensi mencapai 6 meter," ujar dia.
Akibat angin kencang itu, banyak potensi bencana yang
terjadi. Mulai dari fenomena puting beliung, gelombang tinggi. Angin kencang
juga dapat menyebabkan pohon tumbang, dan rumah menjadi ambruk. Sehingga masyarakat
patut mewaspadai fenomena angin kencang ini.
Versi Ketua Harian Geopark Ijen Abdillah Baraas
menyebutkan faktor pemicu banyaknya dampak kerusakan akibat angin kencang,
salah satunya tidak adanya tanggul penahan atau pemecah angin.
"Sekarang bukit-bukit (Gumuk) di sejumlah wilayah di Banyuwangi sudah mulai hilang. Ini yang jadi salah satu penyebab," kata Abdillah Baraas.
Ketua
Harian Geopark Ijen Abdillah Baraas. (Foto: Fattahur)
Menurutnya, bukit atau gumuk tersebut dapat berfungsi
sebagai tanggul penahan dan pemecah angin.
"Kita bisa bayangkan kalau gumuk itu hilang, maka
angin yang biasanya tertahan dan kemudian pecah oleh gumuk, langsung utuh
melibas yang ada di jalurnya. Angin akan berhembus seperti di lapangan bola
begitu," ujarnya.
Berkurangnya jumlah pohon besar dan pohon bambu, kata
Abdillah Baraas, juga menjadi salah satu faktor penyebab dampak angin kencang.
"Kalau bambu dan pohon besar berkurang atau bahkan
hilang, apa lagi yang akan menghalau angin," tegasnya.
Ijen Geopark sendiri belum ada data pasti terkait berapa
jumlah bukit atau Gumuk di Banyuwangi yang hilang dan rata dengan tanah.
"Bisa jadi ratusan. Kita masih mengumpulkan
informasi data itu. Kebetulan kami dibantu oleh teman-teman mahasiswa,"
pungkasnya. (fat)