(Foto: Humas/kab/bwi)
KabarBanyuangi.co.id - Mengenalkan ajaran-ajaran dari Presiden pertama Indonesia, Ir Sukarno (Bung Karno), tak melulu lewat kelas atau seminar. Banyak hal bisa dilakukan.
Seperti yang dilakukan oleh Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani. Ia memilih kuliner sebagai cara untuk memperkenalkan sosok presiden pertama Republik Indonesia itu ke khalayak.
Kuliner-kuliner Nusantara yang
terkumpul dalam buku "Mustikarasa: Resep Masakan Indonesia Warisan
Soekarno" menjadi sarana bagi Bupati Ipuk untuk mengenalkan sang pahlawan
proklamator tersebut.
Kali ini, menu yang diangkat adalah
Soto Madura. Makanan dengan kuah yang gurih itu, disuguhkan kepada para pelajar
di SD Negeri 4 Parijatah Wetan, Kecamatan Srono, Banyuwangi dalam rangkaian
Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa), pada Selasa (8/7/2021).
Sebelumnya, pekan lalu, Ipuk
memperkenalkan resep masakan sayur lodeh jantung pisang dan nasi jagung yang
terdapat di buku ”Mustika Rasa” kepada warga desa di Desa Singolatren,
Kecamatan Singojuruh.
"Siapa yang tahu makan Soto
Madura?" tanya Ipuk kepada para pelajar SDN 4 Parijatah Wetan.
Sontak para pelajar berebutan
mengangkat tangan. Setelah memasak bersama, Ipuk dan para pelajar SD kemudian
menikmati soto Madura. Semua proses digelar dengan penerapan protokol
kesehatan.
(Foto: Humas/kab/bwi)
Soto Madura, lanjut Ipuk, sengaja
dipilih karena melambangkan keberagaman. Soto adalah menu yang dikenal di
berbagai daerah. Namun ada kekhasannya tersendiri di setiap daerahnya. Seperti
Soto Madura yang bersantan, berbeda dengan Soto Lamongan, atau soto di
Banyuwangi yang dicampur dengan rujak.
"Dari soto ini kita belajar
tentang keberagaman bangsa Indonesia. Bangsa kita terdiri dari beragam suku,
agama, dan bahasa, namun tetap terjalin dalam satu kesatuan. Sebagaimana yang
selalu diajarkan oleh Bung Karno, bahwa kita harus senantiasa menjaga persatuan,"
terangnya.
Muhammad Alan Nuril Huda, salah
seorang siswa, merasa senang dan lebih bersemangat untuk mengenal sosok Bung
Karno. "Nanti saya akan tanya-tanya kepada ibu guru tentang Bung
Karno," ungkapnya lugu.
Selain makan bersama para siswa
menu dari Mustikarasa, Ipuk juga melakukan sejumlah program di bidang
pendidikan. Di antaranya adalah memantau program Sekolah Asuh Sekolah (SAS).
Program ini merupakan upaya gotong royong untuk membantu sekolah yang masih belum ideal dari segi infrastruktur, kelengkapan maupun kualitasnya, dibantu oleh sekolah yang lebih mapan.
"Sekolah Asuh Sekolah ini merupakan upaya gotong royong untuk mewujudkan kesetaraan di dalam sektor pendidikan. Gotong royong juga merupakan intisari dari Pancasila, yang dirumuskan Bung Karno pertama kali di depan Sidang BPUPK pada 1 Juni 1945," pungkasnya. (Humas/kab/bwi)