(Foto: Humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Geliat ekonomi kreatif terus tumbuh di Banyuwangi. Banyak anak-anak muda desa di Banyuwangi yang merintus usaha kreatif dan berhasil meraup omset puluhan juta.
Berawal dari kegemarannya pada anime (karya animasi khas Jepang), Rijal memanfaatkan limbah kayu jati menjadi replika pedang samurai yang dia pasarkan melalui marketplace, dan ternyata banyak diminati. Produknya dibeli penggemar anime Jepang dari berbagai kota di Indonesia, mulai Surabaya, Jakarta, Bandung, hingga kota-kota lainnya.
"Saya suka anime. Awalnya modal Rp 50.000, saya buat sendiri pedang samurai dari limbah kayu jati. Setelah itu saya coba jual online ternyata langsung laku. Dari situ saya memberanikan diri untuk fokus ke usaha ini," kata Rijal, saat berbincang dengan Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani yang datang ke tempat usahanya, akhir pekan lalu.
Rijal memulai usahanya pada 2017.
Awalnya semua dia kerjakan sendiri. Satu replika pedang samurai buatannya
dibanderol Rp 200.000 hingga Rp250.000 melalui “Cacaek Shop Handmade” di
marketplace seperti Shopee.
Hingga sekarang bahan baku membuat minuatur pedang tersebut masih dari limbah kayu jati yang dia dapat dari pengusaha mebel sekitar desanya. Biasanya orang membeli produk buatannya untuk untuk properti cosplay, hiasan, atau mainan anak-anak. "Karena pesanan mulai banyak, saya merekrut teman-teman saya, sampai sekarang punya 6 pegawai," jelasnya.
Selain mengunjungi produksi replika pedang samurai, di Desa Barurejo, Bupati Ipuk juga mengunjungi produksi konveksi pakaian kekinian yang diproduksi anak-anak lulusan SMK.
"Mulai celana, kemeja, dan lainnya ini dikerjakan oleh lulusan SMK. Kami memiliki 22 penjahit anak-anak muda lulusan SMK di desa ini," kata Fatah Deden Hidayat (32), pemilik konveksi.
(Foto: Humas/kab/bwi)
Mereka bisa menghasilkan ribuan
pakaian, yang telah tersebar ke berbagai daerah. Dia mengaku tiap bulannya bisa
menghasilkan omset Rp 50 juta meski di tengah pandemi.
Usaha yang dijalankan sejak 2012
lalu telah memberdayakan pemuda sekitar untuk mengurangi pengangguran. “Banyak
anak muda di desa ini yang di-PHK dari tempat kerjanya karena pandemi. Mereka
Kami rekrut dan kami latih untuk bekerja di tempat ini," kata Fatah.
Bupati Ipuk mengatakan, saat ini di
Banyuwangi terus bermunculan anak-anak muda kreatif yang mengembangkan berbagai
jenis ekonomi kreatif di desa-desa. "Anak-anak muda sekarang memiliki
citra rasa tersendiri. Dalam setiap hal mereka ingin sesuatu yang berbeda,
termasuk mengembangkan usaha," kata Ipuk.
"Seperti yang dilakukan
anak-anak desa Barurejo ini, sangat menginspirasi anak muda lain agar dapat
memanfaatkan peluang yang berawal dari hobinya," imbuh Ipuk.
Menurut Ipuk yang membuat Banyuwangi
terus membuat agenda untuk mendorong peningkatan kreativitas anak-anak muda.
Seperti beberapa waktu lalu, Banyuwangi menggelar Moeslem Fashion Festival
untuk mendorong desainer muda meningkatkan kreativitasya.
"Kami juga memiliki program Jagoan Tani, Jagoan Bisnis, dan Jagoan Digital yang menginkubasi anak-anak muda untuk mengembangkan sektor kreatif usaha bisnis dan pertanian. Serta banyak program-program Banyuwangi yang melibatkan anak-anak muda," tambah Ipuk. (Humas/kab/bwi)