(Foto: Humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Kabupaten Banyuwangi memiliki cara yang menarik untuk memelihara infrastruktur fisiknya. Dinas PU Pengairan Banyuwangi menggelar sebuah festival kuliner di sebuah dam sungai yang apik, Oling River Food Festival.
Festival tersebut berlangsung di sepanjang pinggiran saluran primer Dam Limo, Kecamatan Tegaldlimo. Sambil menikmati keindahan dan kebersihan sungai di kawasan Dam Limo, pengunjung diajak menikmati makanan khas setempat, yakni ikan sidat, yang biasa dikenal dengan oling oleh penduduk setempat.
“Saya sudah mendengar lama bahwa
oling adalah salah satu ikan yang gizinya sangat luar biasa dan merupakan
kesukaan masyarakat yang ada di luar negeri khususnya Taiwan, Jepang, dan Korea,”
ujar Wakil Bupati Banyuwangi, Sugirah saat membuka Oling River Food
Festival, Selasa (6/4/2021).
“Oleh karena itu, ini adalah
kesempatan dan peluang yang baik bagi kita semua untuk bersama-sama memamerkan
makanan khas Indonesia khususnya di Tegaldlimo,” imbuhnya.
Banyuwangi sendiri dikenal sebagai
daerah pengekspor sidat skala besar ke negara Jepang. Di Jepang, sidat biasa
dikenal dengan Unagi.
“Warga Dam Limo mengajak wisatawan
untuk merasakan sensasi menikmati Unagi dengan citarasa khas Indonesia di
sebuah areal dam di pinggir sungai yang bersih," tambah Sugirah.
Sugirah mengungkapkan, Dam Limo
merupakan salah satu tempat ladangnya ikan untuk berkembang biak. Dia mengharapkan
Dinas Pertanian dan Pangan, Dinas Perikanan, Dinas PU Pengairan, dan Dinas
Lingkungan Hidup bisa bersinergi menjaga kebutuhan air dari hulu hingga
hilir.
Keterangan Gambar : (Foto: Humas/kab/bwi)
“Menjaga sumber mata air itu
penting karena ketika hulu diurus dengan sembrono maka akan merusak budidaya
perikanan. Mari kita bekerjasama dengan stakeholder terkait untuk menanam pohon
terutama di daerah-daerah tepian sungai yang tidak produktif. Ungkap Sugirah.
“Terkait budidaya, kalau airnya
tidak memadai maka itu akan nihil. Kita bisa bicara kemajuan teknologi
pertanian, tapi kalau air untuk kebutuhan pertanian tidak ada maka itu juga
bohong,” imbuhnya lagi.
Selain itu, kata Sugirah, kita
mempunyai potensi yang besar tapi juga harus diimbangi pembangunan sumber daya
manusia yang memadai.
“Ketika ada potensi ikan oling atau
apapun kalau tidak dibarengi dengan SDM yang unggul maka itu tidak akan bisa
berkelanjutan dan berkembang dengan baik. Ini tugas kita bersama mencetak
generasi pembudidaya ikan yang baik,” pintanya.
Plt Kepala Dinas PU Pengairan
Banyuwangi Guntur Priambodo mengatakan bahwa Dam Limo mengaliri 6.422 ha sawah
di dua kecamatan yaitu Tegaldlimo dan Purwoharjo, Dam ini dibangun sejak zaman
Belanda pada tahun 1925.
“Dinas PU Pengairan mengembangkan
beberapa aset infrastrukturnya sebagai destinasi wisata, Dam Limo salah satu
yang kami pilih karena letaknya strategis sebagai titik tengah-tengah ketika
orang dari bandara mau ke Alas Purwo,” uca p Guntur.
“Tentu hal ini berperan dalam
rangka promosi diplomasi terhadap Geopark Nasional Alas Purwo menjadi
internasional yang sedang kami promosikan ke badan internasional,” imbuh
Guntur.
Makanan yang khas di sini, kata
Guntur, adalah ungkep oling gulung kuming (pepesan sidat). "Kalau di
Jepang ada masakan unagi, tapi di sini sudah disesuaikan dengan lidah orang
Tegaldlimo sehingga rasanya luar biasa," kata Guntur.
Keterangan Gambar : (Foto: Humas/kab/bwi)
Sri Wahyuni, salah satu pemilik
lapak kuliner oling mengaku satu porsi ungkep oling gulung koming cukup dengan
35 ribu rupiah sudah termasuk nasi, lalapan dan sambal.
"Kami sudah ambil irisan
setelah dipotong-potong lalu dimasukkan ke air hangat sebentar kemudian dipepes
dan diungkep memakai serundeng laos," jelasnya.
Sri menambahkan, sebelum pandemi
mampu terjual hingga 100 porsi per hari atau tujuh kilo. Namun pada saat
pandemi hanya mampu menghabiskan dua kilo.
"Saya senang dengan festival
ini, karena orang akan mulai datang kemari lagi. Nambah omset tentunya,”
imbuhnya.
Salah satu pengunjung festival,
Putri mengungkapkan bahwa tempat ini adalah langganan dia berkuliner karena
tempat makannya nyaman dengan suguhan pemandangan sungai dan sawah.
"Biasanya saya ke sini setelah fun bike lalu mampir untuk makan. Dengan adanya kegiatan ini, semoga Tegaldlimo lebih dikenal orang," pungkasnya. (*)