Anggota Komunitas Gapura Blambangan yang ingin bangkit kembali (Foto: Isitimewa)
KabarBanyuwangi.co.id - Setahun pandemi Covid-19, aktivitas Gabungan Paguyuban Warga (Gapura) Blambangan lumpuh total. Mereka hanya bisa menjalin siltuturahim melaliu Group WhatsApp (WA), untuk saling berkabar kondisi masing-masing. Anggota Gapura Blambangan, selain tinggal di Surabaya dan Sidoarjo, juga ada yang dari Bangil, Pasuruan, Bangkalan, Madura dan Gresik.
“Sebetulnya arisan saat ini, waktunya Pak Zaenul yang menjadi tuan rumah. Namun kondisi yang tidak memungkinkan, Pak Zaenul juga tinggal di Kompleks Lanudal Juanda, maka kita alihkan ke Warkop D’ TUMAN ini,” kata Mohammad Khoiroji, Ketua Gapura Blambangan.
Roji, begitu sapaan akrapnya, mengaku desakan untuk
menggelar acara rutin ini cukup banyak. Namun ia bersama pengurus Gapura
Blambangan lainnya, harus berdiskusi panjang sebelum menentukan sikap.
“Ini kalau dilos, atau tidak dibatasi, yang datang bisa lebih banyak. Namun dengan
memperhatikan protokol kesehatan, kami membatasi kehadiran peserta. Saya
menyadari, kerinduan anggota Gapura Blambangan kepada saudara-saudara lainnya
sesama perantauan,” tegas Roji yang tinggal di Desa Semambung, Kecamatan,
Gedangan, Sidoarjo.
Roji berharap, setiuasi segera normal dan Gapura Blambangan
bisa berkativitas seperti sebelumnya. Selain kegiatan rutin arisan, Gapura
Blambangan juga menggelar acara bantuan sosial dan pentas kesenian daerah
Banyuwangi.
“Jangankan kegiatan bansos dan pentas kesenian, kegiatan
rutin saja masih sulit kita laksanakan. Semangat saudara-saudara Gapura
Blambangan cukup tinggi, tidak hanya sekedar kumpul, namun juga diskusi masalah
usaha-usaha produktif,” ujar Hari Suryanto, sesepuh Gapura Blambangan kepada
KabarBanyuwangi.co.id.
Gapura Blambangan, merupakan komunitas perantuan asal
Banyuwangi yang ada di Sidoarjo dan Surabaya. Sebelumnya mereka terdiri dari sejumlah
paguyuban yang ada di wilayah Kecamatan di Kota Surabaya dan Sidoarjo. Namun
mereka mau bergabung, dengan satu wadah yaitu Gapura Blambangan. Sejak tahun
1990-an berdiri, paguyuban ini tidak menggunakan nama Ikawangi seperti di
daerah lain.
“Alhamduliullah, kegiatan rutin tiga bulanan ini bukan penunjukan,
tetapi permintaan dari anggota. Seperti pertemuan berikutnya yang dijadwalkan
setelah hari Raya Idul Fitri, sudah ada yang minta dari Bu Munfiati, warga asal
Mandar Plengsengan, Banyuwangi yang tinggal di Gresik Kota Baru (GKB). Sebelum
ada pandemi, saudara yang tinggal di Bangkalan juga ingin menjadi tuan rumah,”
ujar Zaenul, anggota Marinis yang aktif di Gapura Blambangan. (sen)