Tim Pengabdi FIB UI, Fajar Muhammad Nugraha, M.Si. dan Albert P. J. Roring, S.S., M.Hum. didampingi Kepala Desa Olehsari, Joko Muchlis saat menyampaikan materi pelatihan. (Foto: Firman)
KabarBanyuwangi.co.id - Terpikat dengan keseriusan warga
dalam kembangkan potensi desa, Tim Pengabdi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
(FIB) Universitas Indonesia (UI) kembali melaksanakan Program Pengabdian dan
Pemberdayaan Masyarakat (Pengmas) dalam Skema Desa Binaan di Desa Olehsari,
Kecamatan Glagah, Banyuwangi.
Setelah sebelumnya mendapat beragam pelatihan, desa yang
terkenal dengan komoditas Kacang Unting dan ritual adat Seblang Olehsari ini
kembali didatangi Tim Pengabdi FIB UI untuk dibekali Pelatihan Pengolahan
Sampah yang digelar di Kantor Desa Olehsari, Minggu (25/9/2022) siang.
Dalam kesempatan tersebut, pelatihan yang dilaksanakan oleh
Fajar Muhammad Nugraha, M.Si.; Dr. Rahadjeng Pulungsari, S.S., M.Hum.; Albert
P. J. Roring, S.S., M.Hum.; dan Rianti Demerista Manullang, M.A., ini dianggap
sangat penting dan bermanfaat bagi kebutuhan warga desa.
Dihadiri oleh puluhan warga serta Petugas Pemungut Sampah,
Ibu-Ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Pemuda
Karang Taruna dan Tokoh Masyarakat, pelatihan tentang lingkungan tersebut
berlangsung interaktif.
Kepala Desa Olehsari, Joko Muchlis mengucapkan banyak
terima kasih kepada Tim Pengabdi FIB UI atas kepercayaannya terhadap Desa
Olehsari yang selalu mendapat kesempatan dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia
(SDM).
"Tentu kepercayaan yang terjalin ini menjadi kebanggaan tersendiri. Apalagi kita juga baru saja memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) baru di desa. Jadi pelatihan ini sangat berguna bagi berlangsungnya aktifitas warga maupun petugas kami," ungkapnya.
Tim Pengabdi FIB UI juga kunjungi secara langsung TPA baru di Desa Olehsari. (Foto: Firman)
Fajar Muhammad Nugraha, M.Si., selaku Ketua Tim Pengabdi
menjelaskan, kegiatan pelatihan ini terinisiasi saat dirinya melakukan pengmas
di Kantor Desa Olehsari pada beberapa bulan lalu. Di sana, dirinya melihat
adanya kecocokan misi dengan Pemerintah Desa (Pemdes) dalam pembedayaan SDM.
"SDM merupakan kunci utama dalam pengembangan apapun,
baik desa, kota, bahkan negara. Saya yakin, jika SDM kita maju, desa kita juga
akan maju dan terus berkembang," jelasnya.
Meski terbilang cukup umum, Fajar menambahkan, Pelatihan
Pengelolaan Sampah ini dianggap dapat meningkatkan SDM warga desa.
"Pengelolaan sampah yang baik pasti akan memudahkan segala kebutuhan warga
dan membuat desa akan berkembang di segala segmen," tambahnya.
Setelah mempresentasikan materi, Dosen Bahasa Belanda
tersebut juga memperlihatkan salah satu hasil evaluasi mahasiswanya saat
menceritakan pengolahan sampah yang menarik di Belanda.
"Kita bisa lihat pengelolaan sampah di Belanda ini dikelola secara serius. Ada beberapa inovasi yang patut kita contoh, seperti pemilahan botol sesuai warna dan pemilahan sampah barang-barang bekas yang masih bisa digunakan," jelas Fajar.
Dalam sesi tanya jawab, Ariyadi, salah satu Petugas Pemungut Sampah di Desa Olehsari menyampaikan, saat memilah dirinya binggung apakah sisa pampers termasuk sampah medis atau rumah tangga. "Selain itu, banyak juga warga kita yang masih memiliki kebiasaan membuang sampah di aliran sungai," ungkapnya.
Para warga dan jajaran perangkat Desa Olehsari
berswafoto dengan Tim Pengabdi FIB UI. (Foto: Firman)
Sunar, Kepala Dusun di Desa Olehsari juga menyampaikan,
dengan digelarnya pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran warga
terhadap pengelolaan sampah.
"Permasalahan sampah ini sangat penting, tentu jika kita dapat mengelolanya dengan baik maka sampah akan menjadi berkah. Seperti yang saya lakukan saat mendapat pesanan tas dari sampah bungkus cuci piring," tegasnya.
"Saya juga berharap, setelah pelatihan ini nantinya
Desa Olehsari akan menjadi percontohan bank sampah," imbuh Sunar.
Albert P. J. Roring, S.S., M.Hum., salah satu Tim Pengabdi
yang menghadiri pelatihan secara langsung ini mengatakan, permasalahan sisa
pampers tidak hanya terjadi di desa saja, melainkan juga terjadi di kota besar.
"Sampah pampers ini memang masih menjadi perbincangan
umum, mengingat jika terkena air, pampers akan semakin berkembang dan berat.
Ini sangat berpotensi menimbulkan bencana banjir jika dibuang di sungai,"
jelasnya.
"Jika tidak dikelola dengan baik, sampah pampers juga
akan menimbulkan bau tak sedap. Tentu SDM dan kesadaran masyarakat lah yang
menjadi peran penting," imbuh Albert yang juga seorang aktivis bencana
alam dan lingkungan tersebut.
Melihat semangat warga dalam belajar, masih kata Albert,
Desa Olehsari dianggap akan semakin maju dan berkembang pesat. "Perlu
diketahui, kebersihan merupakan point penting lho bagi para turis, bukan
fasilitas. Jadi kebersihan juga merupakan kunci perkembangan desa wisata,"
pungkas Dosen Bahasa Cina tersebut. (man)