Kisah Kakak Beradik Seberangi Sungai Demi Bersekolah, Anggota Dewan Mengaku PrihatinDPRD Banyuwangi

Kisah Kakak Beradik Seberangi Sungai Demi Bersekolah, Anggota Dewan Mengaku Prihatin

Anggota DPRD Banyuwangi, Marifatul Kamila menenteng sepatunya saat menelusuri akses di Desa Gombolirang, Kecamatan Kabat. (Foto: Istimewa)

KabarBanyuwangi.co.id - Perjuangan anak-anak Desa Gombolirang, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, demi mendapatkan pendidikan di sekolah bukanlah sebuah perkara yang mudah. Para siswa di desa tersebut harus rela menempuh jarak cukup jauh dengan kondisi jalan yang terjal, bahkan mereka harus menyeberangi sungai untuk sampai ke sekolah tepat waktu.

Kondisi miris ini rupanya mendapat perhatian khusus dari anggota DPRD Banyuwangi. Bahkan sejumlah anggota dewan justru baru mengetahui ada anak-anak desa yang begitu semangat sekolah sampai harus menyeberangi sungai.

Dengan kondisi tersebut, anggota DPRD Banyuwangk berjanji akan memfasilitasi serta memperjuangkan hingga pembangunan jembatan di desa tersebut terwujud.

Baca Juga :

"Tentu kondisi ini membuat kami sangat prihatin. Sekolah tidak akan berfungsi dengan baik jika tidak didukung dengan fasilitas yang memadai. Pembangunan jembatan itu penting karena untuk menunjang pendidikan dan perekonomian masyarakat. Tentunya nanti pembangunan jembatan itu melalui harus kajian," ucap salah seorang anggota DPRD Banyuwangi, Marifatul Kamila, Kamis (26/8/2021).

Politisi perempuan yang akrab disapa Rifa ini mengaku, Rabu (25/8/202) kemarin dirinya bersama perangkat desa setempat telah meninjau lokasi sekaligus menjajal langsung trek yang setiap harinya dilalui warga maupun anak-anak desa.

Menurut Rifa, sepanjang jalan disana medannya sangat terjal, lebar jalannya pun rata-rata tidak sampai satu meter alias setapak. Bahkan politisi dari Partai Golkar ini harus melepas dan menenteng sepatu hak tingginya selama berjalan kaki melakukan penelusuran.

"Jalan di desa tersebut, medannya memang sangat ekstrem dan terjal. Nafas saya saja sampai tersengal-sengal, dan tak sanggup," akunya.

Setelah melihat langsung medan, masih menurut Rifa, perlu dibangun jembatan penghubung antar dusun dan desa. Selain bermanfaat untuk kemudahan akses bagi anak ke sekolah di seberang sungai juga akses perekonomian masyarakat setempat.

"Menurut saya ini sangat urgen dan harus segera dilaksanakan perbaikan jalan dan pembangunan jembatan. Karena bukan hanya akses untuk anak sekolah, tetapi juga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat," ungkapnya.


Kakak beradik, Sugihartono (13) dan Nurhalimah (8) bergandengan tangan menyeberangi sungai untuk menuju ke sekolah. (Foto: Fattahur)

Dia berharap, perbaikan akses jalan dan pembangunan jembatan antar dusun di wilayah tersebut segera terealisasi. Sehingga nantinya, juga bisa menjadi salah satu jalan alternatif bagi masyarakat lainnya.

"Target kami di perubahan anggaran tahun ini, karena ini benar-benar dibutuhkan masyarakat. Berapapun anggarannya, harus dilaksanakan, karena ini kebutuhan masyarakat. Saya yakin Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mampu melaksanakan ini," pungkasnya.

Terpisah, Kabid Bina Marga, Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, Perumahan dan Permukiman (DPU CKPP) Banyuwangi, Ebta Adharisandi mengaku telah melakukan peninjauan dan segera menindaklanjuti kebutuhan infrastruktur di Desa Gombolirang, Kecamatan Kabat.

"Namun sebelum dibangun, tentunya harus melalui tahapan pengkajian. Sebab, ada beberapa poin penting yang menjadi tolak ukur dalam pembangunan akses jalan dan jembatan," jelasnya secara singkat.

Diberitakan sebelumnya, dua anak kakak beradik yakni Sugihartono (13) dan Nurhalimah (8) asal Dusun Sempu, Desa Gombolirang, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, setiap pagi harus berjuang untuk bisa sampai ke sekolah.

Kedua siswa Madrasah Ibtidaiah (MI), di Dusun Sumberan, Desa Macanputih, Kecamatan Kabat itu terpaksa harus melewati jalan terjal sepanjang satu kilometer dan menyeberangi arus sungai yang sewaktu-waktu dapat menghanyutkan mereka jika tidak berhati-hati saat menyeberang.

"Meski terkadang capek, mau tidak mau harus tetap sekolah untuk mengejar cita-cita saya menjadi tentara," ucap Suhartono sambil tertawa, Selasa (24/8/2021) kemarin.

"Kalau saya ingin menjadi dokter," timpal adiknya.

Kedua anak dari Baijuri (54) ini mengaku sudah terbiasa pulang pergi melewati jalur tersebut. Hingga pernah jatuh terpeleset. "Kalau jatuh, ya pernah mas. Bahkan seragam kami basah dan kotor. Ya tapi mau bagaimana lagi, kami ingin terus bersekolah," kata Hartono. (fat)