Sosialisasi Kerikulum Muatan Lokal Bahasa Using Tahun 2019. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id - Lagu Using melalui Kendang Kempul dan sejenisnya, perkembangan sudah melesat melampui batas wilayah. Tidak saja di Banyuwangi dan sekitarnya, namun sejumlah daerah lain di Indonesia banyak yang senang lagu-lagu bahasa Using.
“Saya juga heran, kenapa warga Using sendiri kadang masih malu menggunakan bahasa Using. Padahal masyarakat di luar Using, sangat bangga menggunakan dan menyanyikan lagu-lagu berbahasa Using,” ujar Istiklah (55), Guru SDN 2 Gladag, Rogojumpi kepada KabarBanyuwangi.co.id, Kamis (17/6/2021).
Ibu kelahiran 12 Mei 1969 ini, mengaku tidak saja senang
menjadi guru bahasa Using, tetapi juga bangga ikut terlibat melestarikan bahasa
peninggalan nenek moyangnya secara langsung.
“Kebetulan di Dusun saya, Lateng, Rogojampi, pernah menjadi
Ibu Kota Kerajaan Blambangan. Melalui pelajaran bahasa Using, saya tanamkan
sikap mencintai bahasa peninggalan leluhur,” kata Ibu guru yang pernah menjadi
Sukwan selama 12 tahun sebelum diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).
“Nenek moyang saya juga Prajurit Blambangan, yaitu
Suronggati yang makamnya masih terawat,” imbuh Istiklah.
Pertemuan dengan KKG Bahasa Using Kecamatan
Rogojampi. (Foto: Istimewa)
Sebagai bekal tambahan kepada anak didiknya, Istiklah
sering mengajak ke situ-situs kerajaan Blambangan masa lalu. Termasuk
petilasan para tokoh Blambangan masa lalu, agar anak-anak punya kebanggaan
tersendiri sambil mempelajari bahasa daerahnya.
“Saya sebagai orang Using, saat proses pembelajaran sering
inprofisasi akibat keterbatasan buku pegangan guru, serta materi buku ajar.
Bahkan anak-anak saat pelajaran sastra Using, senang sekali saya ajak interaksi
Basanan (Pantun) dan Wangsalan (Tebakan kata),” ucap Ibu Guru yang mengajar
sejak tahun 1988 ini.
Istri dari Sudi Pangarso, Guru SDN 2 Gladag, Rogojampi ini,
mengaku meski sudah dibantu buku Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disusunya bersama
teman-teman tim guru, namun masih membutuhkan buku materi ajar bahasa Using.
“Cetak buku baru tidak bisa ditunda, karena mutlak
menunjang proses belajar mengajar,” kata Ibu Guru yang tinggal di Dusun Lateng, Desa Gladag
Rogojampi ini.
“Bagi saya yang orang Using asli mungkin bisa mengatasi kesulitan itu, tetapi bagaimana dengan teman-teman guru di Banyuwangi Selatan dan Kalibaru, serta Wongsorejo yang berbahasa Madura. Tentu sangat sulit, padahal mereka sangat bersemangat,” imbuhnya.
Sosialisasi Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Using
tahun 2019 di Pesanggaran. (Foto: istimewa)
Ibu dari Alif Nofa Firdaus, Mahasiswa STKW Surabaya dan
Qiroatul Qur Ani, SMA Rogojampi ini, terus melakukan komunikasi untuk memperlancar
pembelajaran bahasa Using di sekolah. Bahkan, LKS dibuatnya bersama Kelompok Kerja Guru (KKG) Kecamatan.
“Kendati kesulitan sementara bisa terbantukan dengan
buku-buku LKS, tetapi buku pegangan guru sangat penting, Jika masih ada yang
nyimpang, sebetulnya sudah tidak layak dan harus ada cetak baru,” pungkas
Istiklah. (sen)