Sri Rahayuningsih masih bersemangat mengajar Bahasa Using meski minim fasilitas. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id - Sri Rahayuningsih, S. Pd, tidak menyangka sebelumnya, jika akhirnya sekarang menjadi guru bahasa Using. Padahal Sri Rahayuningsih bukanlah dari keturunan Using.
Guru SD Negeri 4 Sambimulyo, Kecamatan Bangorejo ini, baru mendengar orang bercakap-cakap menggunakan bahasa Using saat masih menempuh pendidikan di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Pandan, Genteng.
“Teman-teman saya di SPG banyak yang ngomong Using,
terutama dari Songgon dan Rogojampi. Saya sempat bengong, ini ngomong apa?,” kenang
Sri Rahayuningsih kepada KabarBanyuwangi.co.id, Senin (31/5/2021).
“Akhirnya saya kok jadi senang, terutama saat ikut kegiatan
menari dan menyanyi lagu Using. Tidak menyangka, kelak saya menjadi guru bahasa
Using,” imbuhnya.
Materi buku ajar Bahasa Using lama yang
difotocopy untuk mengajar. (Foto. Dok. Pribadi)
Istri Imam Supeno, S.Pd ini, saat ditunjuk menjadi guru bahasa Using tahun 2003 lalu sempat bingung. Namun, setelah mendapatkan
palatihan, baru merasa senang. Apalagi hoby menari dan menyanyi lagu Using, bisa
dijadikan modal untuk dikembangkan.
“Kalau sekarang materi buku ajar dana dan sarana penunjang
kurang, itu sangat berat bagi kami yang di bawah. Apalagi guru bahasa Using
yang bukan warga Using, pasti akan kesulitan,” tegas Sri Rahayuningsih.
“Saya sudah bilang ke Dinas Pendidikan, hingga ke Pak Ratno
Kepala Dinasnya, agar pengadaan materi ajar segera dilakukan,” imbuh Sri Rahayu
yang memang senang terus terang ini.
Perempuan kelahiran 10 Juni 1972 ini, termasuk guru bahasa
Using yang bersemangat. Meski tidak ada bantuan buku pegangan guru, Sri Rahayu
tetap memfoto copy buku-buku lamanya.
“Saya juga membentuk Kelompok Kerja Guru (KKG), untuk
mencari solusi setiap ada permasalahan bahasa Using. Kang Ju penyusun buku LKS
dan Bu Nani pengawas, selalu menerima keluh kesah kami dan memberikan solusi,” ujarnya.
Sri Rahayuningsih saat menjadi Pemateri Bimtek
Bahasa Using. (Foto. Dok. Pribadi diambil sebelum pandemi)
Ibu dari Farhan Faillasuf Abdillah (18), Abid Akmal
Musyaffa (15) dan Belva Madana Maulida Azmi (10) ini juga sempat menjadi pemateri saat digelar Bimbingan Tekhnis (Bimteks) bahasa Using di sejumlah
Kecamatan.
“Pertama tahun 2006, kemudian keliling hingga tahun 2019.
Sekarang sudah tidak ada lagi,” ucap Ibu guru yang tinggal di Dusun Kedungrejo, Desa Sambimulyo,
Kecamatan Bangorejo ini.
“Semoga dalam waktu dekat segera dihidupkan lagi pelatihan guru bahasa Using, karena ini sangat membantu bagi anak didik untuk memahami
seni-budaya tradisi yang ada di Banyuwangi,” pungkasnya. (sen)