Desynta Eka Fitriani, operator alat berat articulated dump truck (ADT). (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id - Siapa bilang pekerjaan lapangan atau di luar kantor hanya untuk laki-laki. Nyatanya di Banyuwangi, ada sosok Kartini masa kini yang turut ambil bagian melakukan pekerjaan yang mungkin tidak semua orang bisa.
Sosok Kartini masa kini itu adalah Desynta Eka Fitriani. Perempuan cantik asal Dusun Rejoagung, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi ini mampu menaklukkan alat berat articulated dump truck (ADT) berkapasitas 40 ton di perusahaan tambang emas PT Bumi Suksesindo (PT BSI), tak jauh dari tempat tinggal Desynta.
Alumnus SMAN 1 Pesanggaran ini bergabung menjadi karyawan
PT BSI melalui program Green Operator Training yang digelar PT BSI pada 4 Juli 2022 lalu.
Green Operator Training merupakan program pelatihan kerja
(on job training) bagi operator alat berat untuk pemuda-pemudi sekitar
perusahaan yang tidak memiliki pengalaman sebagai operator sebelumnya.
Kala itu, program pelatihan yang berlangsung selama enam
bulan itu diikuti 74 orang pendaftar. Mereka bahkan mengikuti tahapan seleksi,
hingga akhirnya 6 orang pendaftar (3 laki-laki dan 3 perempuan) dinyatakan
lolos, salah satunya Desynta.
“Yang bisa mengikuti program tersebut adalah mereka yang
masih lajang. Selain itu, peserta Green Mining Operator tidak diperkenankan
menikah selama dua tahun sejak menandatangani kontrak training," ujar
Desynta, Kamis (27/10/2022).
Setelah dinyatakan lolos, Desynta semakin memantapkan
hati dan pikirannya. Hingga akhirnya kini Desynta semakin lihai dalam
mengoperasikan alat berat. “Ingin mencoba hal baru karena perempuan juga bisa
berlatih mengoperasikan alat berat dan menjadi operator yang kompeten,”
katanya.
Berkat dukungan dari keluarga dan sikap emansipasi yang
ditunjukkan para operator senior serta lingkungan kerja yang menyenangkan,
membuat Desynta semakin betah bekerja di PT BSI.
Desynta mengaku, di awal sempat terbesit kekhawatiran dalam benak pikirannya ketika harus bekerja di lingkungan kerja yang dikesankan banyak orang sebagai pekerjaan laki-laki. Namun ketika sudah menjalaninya, ia lega karena kekhawatiran itu tidak terbukti. “Mereka bahkan banyak membantu saya jika sedang mengalami kesulitan dalam hal pekerjaan,” tuturnya.
Senada juga diutarakan rekan kerja Desynta, yakni Ella
Dwi Safitri, green operator lainnya asal Dusun Pancer. "Walaupun satu kru
hanya ada satu perempuan, mereka bisa menciptakan suasana kerja yang sangat
hangat penuh kekeluargaan,” akunya.
Sebagai informasi, para operator di BSI terbagi menjadi
tiga kru. Setiap kru terdiri atas 70-75 orang. Semuanya laki-laki kecuali tiga
operator perempuan alumni program Green Operator Training.
Sejak menjadi operator, Ella merasa keterampilan dan
pengetahuannya tentang dunia tambang terus bertambah. Wawasannya semakin
terbuka karena bisa bersosialisasi dengan banyak orang dari berbagai suku.
“Para senior selalu memberi support yang baik, arahan
yang membangun agar dalam bekerja atau
menyikapi keadaan yang baru tetap tenang, fokus, dan bekerja dengan hati-hati,”
tambahnya.
Baik Desynta maupun Ella sependapat berkat program Green
Operator Training ini mereka bisa membantu perekonomian keluarga. Meskipun di
luaran banyak orang yang tidak percaya jika kedua wanita ini setiap
harinya mengoperasikan alat berat berukuran raksasa.
“Awalnya para tetangga dan teman-temannya tidak percaya. Akan tetapi, setelah melihat postingan akun BSI, mereka percaya bahwa saya menjadi operator alat berat,” kata Desynta.
Sementara itu, Senior Manager External Affairs PT BSI,
Bambang Wijonarko, menjelaskan, program Green Mining Operator ini sangat
strategis bagi perusahaan karena menjadi bagian dari pengembangan sumber daya
manusia di sekitar lokasi tambang sebagai wujud tanggung jawab sosial
perusahaan.
Program sosial perusahaan diwujudkan dalam delapan bidang
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (PPM), yaitu pendidikan, kesehatan,
tingkat pendapatan riil atau pekerjaan, kemandirian ekonomi, sosial dan budaya,
lingkungan, kelembagaan komunitas, dan infrastruktur.
Bambang berharap program-program tanggung jawab sosial
perusahaan tersebut bisa berdampak positif bagi masyarakat. “Sepanjang 2021,
BSI mengeluarkan 35 miliar rupiah lebih untuk realisasi program-program PPM.
Program PPM masih terus berjalan hingga hari ini," kata Bambang.
Selain melaksanakan program-program regular, tim dari
perusahaan sedang menyelesaikan program-program khusus, seperti pembangunan
jalan Sumberagung-Sumbermulyo, program bedah rumah, pemasangan lampu penerangan
jalan, dan dukungan terhadap pedagang mikro di Pantai Mustika Pancer. (red)