(Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - "The power of emak-emak," begitu ungkap sekelompok perempuan dari Desa Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo saat dikunjungi Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani di tengah acara Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa), Rabu (24/8/2022).
Mereka adalah Kelompok Perempuan Kedungasri Hasta Karya Mandiri. Hasta Karya Mandiri merupakan kelompok ibu rumah tangga yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan. Mereka lantas merintis usaha kecil-kecilan dengan membuat aneka cemilan hingga batik.
"Awalnya kita ingin ada
kesibukan yang bisa nambah penghasilan. Syukur syukur bisa bantu kebutuhan
rumah tangga," ungkap Ketua Hasta Karya Mandiri Roizatul Hasanah.
Berbekal semangat tersebut, Roiz
kemudian mengajak sejumlah tetangganya untuk menghidupkan kelompok Hasta Karya
Mandiri pada 2017 silam. Sayangnya, upaya tersebut gagal. "Pada 2021
kemarin, keinginan itu, kita hidupkan lagi," ujarnya.
Upaya kedua ini, ungkap Roiz,
dilakukan oleh enam orang perempuan. Modal awalnya sebesar Rp600 ribu hasil
patungan keenam anggotanya. "Ya, karena kita hanya ibu rumah tangga biasa,
kita hanya bisa iuran seratus ribu. Hasil menyisihkan uang belanja,"
kenangnya.
Dari modal tersebut, lantas mereka memproduksi kerupuk dan rempeyek dikemas dengan plastik biasa dititipkan ke warung dan pedagang sayur keliling. "Alhamdulillah, sedikit demi sedikit permintaan terus bertambah," terangnya.
(Foto: humas/kab/bwi)
Melihat prospek pasar yang semakin
baik tak membuat Roiz dan kawan-kawannya berpuas diri. Mereka terus berupaya
meningkatkan produksi yang awalnya hanya kerupuk dan rempeyek, mereka berani
berinovasi dengan aneka menu camilan lainnya. Seperti keripik kedelai dan
kerupuk daun mangrove.
"Dari sejumlah pelatihan yang
pernah kita ikuti, kita pun mulai meningkatkan kualitas produksi kami. Yang
awalnya dikemas dengan plastik biasa, sekarang kita kemas dengan plastik yang
baik. Juga kita bubuhi label," cerita Roiz.
Dari upaya tersebut, penjualannya
semakin meningkat dan luas. Bahkan, sejak enam bulan terakhir, mereka mulai
mengembangkan produksi batik dengan menggunakan pewarna alami.
"Enam bulan kemarin kita ikut
pelatihan batik yang diselenggarakan oleh TNAP (Taman Nasional Alas Purwo). Ini
kemudian kita kembangkan," ujar Roiz.
Hingga hari ini, produksi batik
alami karya mereka mulai diminati oleh sejumlah pihak. Dengan harga yang cukup
terjangkau mereka belasan lembar kain batik setiap bulannya. "Pelan-pelan,
sambil nunggu modal terkumpul," kata Roiz terkait upaya pengembangan
batiknya itu.
Sementara itu, Bupati Ipuk yang meninjau langsung ke tempat produksi mengaku bangga dengan inisiatif dan semangat kaum ibu tersebut. "Ini adalah semangat yang harus terus didukung dan ditularkan ke banyak orang. Semangat untuk mandiri dan semangat berwirausaha," ujarnya.
(Foto: humas/kab/bwi)
Sebagai upaya pengembangan, lanjut
Ipuk, mereka akan menjadi binaan dari Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan
Kabupaten Banyuwangi. "Kita akan fasilitasi dengan berbagai pelatihan
untuk meningkatkan kualitas produksinya. Untuk batik, misalnya, nanti kami akan
ikutkan pelatihan desain batiknya. Sehingga bisa lebih berkualitas,"
ungkap Ipuk.
Selain itu, juga akan dibekali pula
dengan teknik pemasaran secara online hingga akses modalnya. "Kita akan
dorong terus sampai benar-benar menjadi UMKM yang naik kelas," imbuh Ipuk.
Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan
Perdagangan Kabupaten Banyuwangi, Nanin Octaviani, menyebutkan bahwa pihaknya
terus melakukan pendampingan dan pembinaan bagi pelaku UMKM di Banyuwangi.
Ada beragam program yang bisa
diakses untuk pengembangan usaha. Mulai dari pelatihan, bantuan peralatan,
pemasaran, sampai desain kemasan.
"Bagi para pelaku UMKM yang ingin meningkatkan produksinya, bisa datang ke Rumah Kreatif yang kita kelola untuk berkonsultasi mengembangkan usahanya," pungkasnya. (humas/kab/bwi)