Andang Subaharianto: Kenaikan BBM Harus Dilihat dari Sudut Pandang BerbedaAndang Subaharianto

Andang Subaharianto: Kenaikan BBM Harus Dilihat dari Sudut Pandang Berbeda

Akademisi dari Universitas 17 Agustus (Untag) Banyuwangi, Andang Subaharianto. (Foto: Istimewa)

KabarBanyuwangi.co.id - Penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah satu dari sekian banyak kebijakan yang diambil pemerintah.

Kebijakan ini menimbulkan banyak kontroversi dan gesekan di masyarakat. Aksi penolakan terjadi hampir di seluruh penjuru negeri. Banyak yang menilai, kebijakan menaikkan BBM itu kurang tepat.

Akademisi dari Universitas 17 Agustus (Untag) Banyuwangi, Andang Subaharianto mengemukakan pendapatnya mengenai polemik tersebut.

Baca Juga :

Berbicara kebijakan publik, kata pria yang menjabat Rektor Untag itu, harus dilihat dari masing-masing sudut pandang. Baik itu dari kacamata pemerintah maupun dari masyarakat.

Dari sisi pemerintah, langkah menaikan harga BBM perlu dilakukan mengingat situasi dan harga minyak global.

Pemerintah telah melakukan kajian sedemikian rupa sehingga keputusan menaikan harga harus dibuat.

"Karena BBM itu adalah aspek vital, yang punya hubungan kompleks dengan kehidupan masyarakat secara umum. Tentu kenaikan (BBM) itu pasti akan berdampak, seperti mereka masyarakat yang berekenomi rendah," katanya.

Lantas pemerintah menyiapkan jaring pengamanan bagi masyarakat dengan memberikan bantuan sosial. "Nah itu masih pada satu sisi (pemerintah)," ujarnya.

Sementara di satu sisi dari sudut pandang masyarakat maupun mahasiswa muncul kekhawatiran, karena BBM ini adalah aspek yang mempengaruhi banyak hal. Dan tidak bisa dipungkiri jika kenaikan BBM berimbas pada sektor lainnya.

Kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM itu membuat masyarakat seperti mahasiswa menggunakan teropongnya untuk mengkritisi kebijakan itu dengan aksi dan lainnya.

"Sampai pada sisi itu, menurut saya masih normal dan no problem dalam kehidupan demokrasi," kata Andang.

Akan menjadi persoalan, lanjut Andang, ketika sudah terjadi aksi merugikan seperti tindakan anarkis, vandalisme dan tindakan konyol lainnya.

Karena hal itu justru akan melahirkan asumsi dan tafsir yang salah dalam aksi yang dilakukan.

"Karena akan terjadi penafsiran yang salah pada aksi itu. Menjadi tidak elok dan itu menjadi masalah krusial bahkan bisa berujung pidana," tandasnya. (fat)