(Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id – Setiap tahun Pemkab Banyuwangi menggelar festival tari, Gandrung Sewu yang dibawakan oleh sekitar 1.500 penari dari berbagai usia.
Diawali sejak 2012, pagelaran kolosal Gandrung Sewu tak lepas dari sentuhan tangan dingin para koreografer dan pencipta tari di Banyuwangi.
Mengapresiasi karya-karya kreatif
tersebut, digelarlah Festival Gandrung Sewu Dari Masa ke Masa yang menampilkan
Gandrung Sewu hasil ciptaan seniman tari Banyuwangi dari tahun ke tahun.
Mulai dari Gandrung Sewu 2012 besutan
Soemitro Hadi hingga Gandrung Sewu yang terakhir.
Festival ini diikuti sekitar
2.000 penari dari berbagai daerah di Jawa dan Bali. Antusiasme yang tinggi dari
peserta, festival tari ini pun digelar selama tiga hari (21-23 Desember 2024)
di Gelora Seni Budaya (Gesibu) Blambangan.
Ketua penyelenggara Festival
Gandrung Masa ke Masa, Sabar Harianto, mengungkapkan antusiasme peserta sangat
tinggi karena Gandrung Sewu telah menjadi magnet bagi para penari.
"Tidak hanya dari Banyuwangi,
peserta juga datang dari daerah lain seperti Yogyakarta, Surabaya, Sidoarjo,
Pasuruan, Mojokerto hingga Bali. Ini menunjukkan Gandrung telah menjadi budaya
nasional," tutur Sabar, maestro seni Banyuwangi.
Ditambahkan dia, festival ini menampilkan
karya para pencipta Tari Gandrung, khususnya yang terlibat dalam event Festival
Gandrung Sewu dari masa ke masa.
Sabar lalu menyebut ada Gandrung
Kembang Menur yang merupakan karya Soemitro Hadi di awal-awal Gandrung Sewu.
Terdapat pula Gandrung Sewu hasil
ciptaan dan koreografer dari Subari, Patih Senawangi, Kuwung Wetan, termasuk
Gandrung karya Sabar sendiri.
“Jadi tari Gandrung yang
ditampilkan bermacam-macam. Ada yang Paju Gandrung, Jaran Dawuk, Kembang menur,
hingga Gandrung Seblang Lukinto,” jelas Sabar.
Gandrung merupakan kesenian asli
Banyuwangi dalam bentuk tarian dan nyanyian. Dalam perkembangannya, Gandrung
banyak mengalami dinamika perubahan yang terjadi.
Perkembangan antara lain nampak dalam perubahan kostum, penambahan alat musik, dan memasukkan lagu-lagu yang digemari oleh masyarakat.
(Foto: humas/kab/bwi)
Termasuk pula tema yang diangkat
Gandrung Sewu, mengacu pada fase dalam pertunjukan Gandrung, yakni Jejer, Paju,
Repenan dan Seblang-Subuh.
“Jadi sebenarnya sangat beragam.
Kami mengapresiasi hasil karya para seniman tari tersebut dan kita tampilkan
ulang,” kata Sabar.
Ditambahkannya, ajang ini diikuti
penari dari beragam usia, mulai SD, SP, SMA hingga masyarakat umum. Festival
ini sekaligus menjadi ajang kompetisi bagi para penari.
"Dewan juri yang menilai
juga dari kalangan profesional dan maestro-maestro seni Banyuwangi,"
jelasnya.
Sementara itu, Bupati Ipuk
Fiestiandani menyampaikan rasa bangganya terhadap semangat anak muda yang turut
serta dalam melestarikan budaya Banyuwangi melalui festival ini.
"Ini adalah wujud kecintaan terhadap budaya kita sendiri, khususnya Tari Gandrung. Semakin banyak yang ikut festival menunjukkan Gandrung akan tetap selalu digandrungi oleh warga Banyuwangi," kata Ipuk. (humas/kab/bwi)