
Momen vokalis band Kotak, Tantri tampil spesial jadi Gandrung saat konser puncak Harjaba ke-254 di Gesibu Blambangan. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id – Panggung megah peringatan Hari Jadi
Banyuwangi (Harjaba) ke-254 di Gesibu Blambangan, Sabtu (20/12/2025) malam,
menjadi saksi penampilan tak biasa dari vokalis band Kotak, Tantri Syalindri.
Jauh dari kesan rockstar garang, Tantri justru tampil anggun mengenakan Omprog
(mahkota) Gandrung di hadapan ribuan pasang mata.
Penampilan tersebut bukan sekadar gimik panggung. Ada
dedikasi dan persiapan panjang di balik keputusan Tantri mengenakan simbol
budaya kebanggaan masyarakat Bumi Blambangan tersebut.
Meski tampil dengan gaya modern, Kotak sangat menjaga sisi
autentisitas budaya. Diketahui, konsep kolaborasi ini telah digarap matang
sejak dua bulan sebelum acara. Band yang digawangi Tantri, Chua, dan Cella ini
menggandeng Komunitas Damar Art untuk memastikan setiap detail atribut budaya
yang dikenakan tetap sesuai pakem namun selaras dengan energi musik rock.
"Saya sangat merinding ketika tampil dengan konsep
kolaborasi tarian dan musik tradisional Banyuwangi. Garapan yang sangat luar
biasa," ungkap Tantri usai memukau penonton saat membawakan lagu
"Satu Indonesia".
Keterikatan Kotak dengan Banyuwangi ternyata telah terjalin
lama. Sejak tahun 2022, band ini secara konsisten menyisipkan unsur budaya
lokal dalam setiap pembukaan konser mereka di berbagai kota.
Salah satu elemen kunci yang selalu mereka bawa adalah
suara sinden dari Maestro Gandrung legendaris, Mak Temu. Bagi Tantri, suara
emas Mak Temu memberikan ruh dan atmosfir magis yang tidak ditemukan di tempat
lain.
"Setiap kami konser, kami selalu membawakan sinden
Gandrung yang diisi suara oleh Mak Temu. Kesan magis pun sangat terasa di
setiap pertunjukan," tuturnya.
Aksi Tantri mengenakan Omprog Gandrung di puncak Harjaba
ke-254 ini menjadi simbol kuat betapa musik modern bisa berjalan beriringan
dengan tradisi. Kolaborasi ini mengirimkan pesan penting bagi generasi muda
tentang pentingnya menjaga warisan leluhur di tengah arus modernitas.
Malam itu, sinergi instrumen modern dan alunan musik
tradisional tidak hanya menghasilkan harmoni yang apik, tetapi juga mempertegas
posisi Banyuwangi sebagai daerah yang mampu mengemas kearifan lokal menjadi
pertunjukan berkelas nasional. (anj/man)