Kisah Gowes Jadul Malang-Banyuwangi, Semangat Melawan Angin (3)Gowes Jadul

Kisah Gowes Jadul Malang-Banyuwangi, Semangat Melawan Angin (3)

Berada di pasar daerah Pasuruan, dari kiri (Bambang Sutejo/Penulis), Rudi Priyanto (tengah) dan Budi Sucahyo (kanan). (Foto: Dok/pribadi)

KabarBanyuwangi.co.id - Perjalanan Malang - Pasuruan pagi itu relatif lancar. Maklum rute Malang-Pasuruan agak menurun. Tidak begitu banyak menguras tenaga. Tepat pukul.06.30 WIB sudah sampai di kota Pasuruan.

Naaah, dari Pasuruan inilah masalah mulai datang. Betapa tidak, pedal sepeda yang aku kayuh terasa mulai berat. Bukan perkara jalannya jelek atau rusak, tiupan angin laut yang menerpaku pagi itu sangat memberatkanku.

Betis mulai terasa lebih berat lagi setiap akan melewati jembatan yang agak sedikit naik. “hooh hooh...” napasku mulai berat. Padahal perjalanan baru sekitar 45-46 kilometer.

Baca Juga :

Sementara teman-teman, Budi Sucahyo dan Rudi Priyanto ada di depan. Puguh konsisten mengawalku dari belakang, sambil terus memompa semangatku. “Ayo Jo semangat...kita bisa kok,” katanya.

Dalam perjalanan ini, lama-lama aku merasakan panas pada pantatku. Kayaknya ada yang lecet. Tanpa pikir panjang aku mengambil tas kain yang terbuat dari kain syal yang lembut, aku balutkan di sadel sepeda. Lumayan agak membantu mengurangi panas di pantat akibat gesekan dengan sadel.

Mendekati Probolinggo, aku hampir saja menyerah. Angin laut yang bertiup makin kencang. Sementara teman-teman yang ada di depan semakin jauh meninggalkan kami yang tinggal berdua dengan Puguh.

Melihat itu, akhirnya Puguh berteriak memanggil Budi dan Rudi…”Mandeg istirahat sik rek (Berhenti…istirahat dulu kawan).” Saat kami melihat ke kiri, ada halaman rumah orang yang agak luas dan teduh, karena dipenuhi dengan pohon mangga. Juga ada mushalanya. Kami akhirnya cuci muka dan beristirahat di situ.

Saat istirahat itu, akhirnya Puguh bilang ke Budi dan Rudi, ”Bambang jangan sampai ada dibelakang...”Hilang” (patah semangat) nanti. Biar dia ada di depan sendiri. Ikuti saja dia, kalo dia berhenti kita berhenti. Santai saja, gak perlu buru-buru,” kata Puguh.

Sejak itu, akhirnya aku ada berada di paling depan. Meski kaki terasa semakin berat karena tiupan angin laut terasa semakin kencang, kami meneruskan perjalanan. Hingga akhirnya sekitar pukul .13.00 WIB sampailah di Gending, Probolinggo. Beristirahat dan makan siang di sebuah bangunan pondok permanen yang ada di pinggir pantai Gending.

Setelah makan minum dan istirahat cukup, perjalanan kembali dilanjutkan. Aku masih tetap di depan. Strategi Puguh ternyata cukup jitu. Semangatku terus dipompa oleh teman-teman dan akhirnya bisa tetap terjaga secara konstan hingga akhirnya menjelang pk. 18.00 sampailah kami di Besuki, Situbondo.

Alhamdulillah...menurutku sesuatu yang sangat luar biasa, pada hari itu kami bisa menyelesaikan rute pertama (Malang-Besuki) yang berjarak sekitar 145,6 km dalam satu hari.

Di Besuki, kami bermalam di rumah Bejo Supriyanto, teman satu kelas di SPMA Negeri Malang. Selain Bejo, kakaknya bernama Didik juga sekolah di SPMA Malang. Namun mas Didik lulus pada 1976. Ketika kami datang, Mas Didik sudah lulus dan bekerja sebagai Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).

Rumah Bejo berada di tepi jalan besar arah Banyuwangi, sekitar satu kimomeer timur alun-alun Besuki. Begitu masuk halaman rumah Bejo, aku tidak dapat menahan diri, langsung ambruk terkapar di teras rumah Bejo. Sementara teman-teman masih bisa duduk-duduk santai, terus ngobrol dengan Bejo sambil bergantian mandi.

Begitu teman-teman selesai mandi, kini tiba giliranku mandi. Maka tanpa pikir panjang tubuhku langsung kuguyur ai, beeerrr...tanpa kusadari tubuhku menggigil kedinginan...”Waduuuhhh ..jangan-jangan sakit aku,”gumamku dalam hati.

Selepas mandi, kami disuruh makan malam. Selepas itu, aku tidak kuat menahan kantuk dan akhirnya tidur lebih awal. Sementara teman-teman yang memang suda terlatih, masih asyik ngobrol macam-macam dengan Bejo.

Alhamdulillah, malam itu aku bisa tidur dengan nyenyak. Pagi harinya bangun dan badan terasa lebih segar. 

Akibat teman-teman keasyikan ngobrol dengan Bejo, akhirnya rencana berangkat ke Banyuwangi pukul 06.00 WIB pagi jadi molor. Pukul. 08.00 WIB kami baru keluar dari halaman rumah Bejo menuju rute berikutnya, Banyuwangi..

Keberangkatan kami menuju Situbondo, langsung disambut angin laut yang kencang. Lagi-lagi aku hampir patah semangat, karena fisik terkuras habis dalam perjalanan kemarin. Badan terasa njarem (sakit) semua.

Namun, lagi-lagi Puguh dan teman-teman terus memompa semangatku agar tetap bertahan. Perlahan tapi pasti, kami terus bergerak ke timur. Namun, perjalanan hari kedua terasa lebih berat. Ya, tenagaku benar-benar habis karena kecapean. Sehingga waktu seolah berjalan lebih lamban.

Sampai akhirnya siang hari, sekitar pukul 12.00 WIB kami sampai di Situbondo yang berjarak sekitar 39 km dari Besuki. Satu jam berikutnya, kami berangkat lagi. Namun lagi-lagi tidak bisa kencang karena tenagaku yang terkuras. (Bersambung)

(Penulis: Bambang Sutejo, mantan Wartawan Bisnis Indonesia asal Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi. Sekarang tinggal di Kota Malang)