Wakil Menteri LHK Alue Dohong saat penyerahan Piala Adipura ke Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Banyuwangi, Dwi Yanto. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id – Kabupaten Banyuwangi kembali mendapatkan Piala Adipura dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) yang diserahkan dalam Penganugerahan Adipura, di Jakarta, Selasa (5/3/2024).
Selain Piala Adipura, Banyuwangi juga meraih Plakat Adipura dalam upayanya melakukan pengelolaan sampah berbasis TPS 3R (tempat pengolahan sampah reduce, reuse, recycle) yang melibatkan partisipasi masyarakat.
“Alhamdulillah, Banyuwangi
kembali raih Piala Adipura, lambang kebersihan kota dan lingkungan hidup. Ini
tentunya kebanggaan bagi semua warga Banyuwangi yang terus berupaya menjadikan
daerahnya bersih dan nyaman. Ini adalah kerja gotong royong seluruh warga,”
kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani.
Piala Adipura terakhir diraih
Banyuwangi pada tahun 2017. Di tahun ini, Banyuwangi kembali berhasil menyabet
Piala Adipura, serta Plakat Adipura.
“Bukan berarti sekian tahun absen
Adipura, kita tidak melakukan upaya apapun. Namun, kami terus menjaga
kebersihan daerah dan meningkatkan pengelolaan persampahan. Tidak hanya
mengandalkan TPA, tapi kami terus mendorong pengelolaan sampah secara sirkular
lewat TPS 3R. Karena kami ingin penanganan sampah dilakukan dari hulu ke
hilir,” kata Bupati Ipuk.
Banyuwangi memiliki sejumlah
program persampahan, mulai bank sampah, pembangunan TPS3R hingga
berbagai inovasi penanganan sampah yang melibatkan pihak swasta maupun
masyarakat. Pemkab sendiri telah menjadikan penanganan sampah sebagai prioritas
program pembangunan sehingga penanganannya cukup komprehensif, dari hulu ke
hilir.
“Kami membuat regulasi
persampahan, mulai peraturan daerah, peraturan bupati, hingga Surat Edaran
tentang pengelolaan dan pengurangan penggunaan plastik. Kami juga menetapkan
pengelolaan persampahan sebagai salah satu indikator penilaian dalam rapor
desa, yang akan menentukan alokasi anggaran tiap desa,” terang Ipuk.
“Kami juga didukung aktif warga pegiat persampahan. Seperti Osoji Club, Eco Ranger, dan Pega
Indonesia yang aktif mengelola
sampah dengan memilah dan mendaur ulang sampah hingga menghasilkan maggot untuk
mendegradasi sampah organik,” imbuh Ipuk.
Selain itu Pemkab juga getol
kampanye perubahan perilaku kepada masyarakat dan membentuk Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) Persampahan.
“Kami juga aktif berkolaborasi
dengan beberapa pihak untuk menangani sampah, salah satunya Banyuwangi mendapat
dukungan dari pemerintah Norwegia dalam pembangunan TPS 3R Tembokrejo
dan di Balak,” lanjut Ipuk.
Saat ini Banyuwangi telah
membangun dan mengoperasikan 19 TPS 3R di sejumlah kecamatan. Di
antaranya TPS3R Balak, memiliki kapasitas pengolahan mencapai 84 ton perhari
dengan sasaran 55.491 rumah tangga.
Sementara TPS3R Muncar setiap
bulannya, rerata sampah yang dikelola 12-25 ton/hari
dengan menyisakan residu ke TPA hanya 2 ton/hari.
Selain itu, Banyuwangi juga
bekerjasama dengan NGO Sungai Watch yang berfokus pada penanganan sampah di
sungai dan laut dengan memasang jaring penghalang.
"Kami juga didukung Norwegia
yang segera membangun pabrik pengolahan sampah plastik low value," imbuh
Ipuk.
Plt Kepala Dinas Lingkungan
Hidup, Dwi Handayani menjelaskan penghargaan Adipura ini tidak hanya dinilai
dari kota bersih dan indah saja, tetapi juga mengukur keterlibatan masyarakat
dalam pengolahan sampah mulai dari rumah/sumber sampai ke TPS3R.
“Dasar penilaian Adipura tahun
ini salah satunya adalah pengurangan sampah secara determinan (less TPA). Tim
melakukan verifikasi lapangan terhadap sarana dan prasarana pengelolaan sampah
dari hulu ke hilir,” kata Handayani.
Berbagai upaya sinergis yang dilakukan pemkab, warga dan berbagai pihak lainnya, di tahun 2023 Kabupaten Banyuwangi berhasil melakukan pengurangan sampah sebesar 92,260.89 ton/tahun atau sekitar 30.22 persen; dan penanganan sampahnya sebanyak 82,891.65 ton/tahun atau sekitar 27.15 persen. (humas/kab/bwi)