Sambut Nyepi, Umat Hindu Desa Patoman Melaksanakan Melasti di Pantai BlibisSambut Hari Raya Nyepi

Sambut Nyepi, Umat Hindu Desa Patoman Melaksanakan Melasti di Pantai Blibis

Ratusan umat Hindu Dusun Patoman melaksanakan Upacara Melasti di Pantai Blibis. (Foto: Istimewa)

KabarBanyuwangi.co.id - Sambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944, ratusan umat Hindu di Dusun/Desa Patoman, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi, menggelar upacara Melasti dan larung sesaji hasil bumi ke laut pantai, Senin (28/2/2022) siang.

Klain atau Tetua Adat Banjar Dusun Patoman Tengah, I Gusti Putu Sedana mengatakan, upacara yang berlangsung di pantai Blibis tersebut sebagai simbol penyucian diri dari kehidupan yang telah dijalani selama satu tahun oleh warga Dusun Patoman.

“Proses Melasti adalah melaksanakan penyucian diri bauna Alit dan buana Agung. Kalau buana Alit itu untuk kita sendiri yang hidup di alam nyata ini. Kalau buana Agung itu seperti di alam yang tidak nyata,” kata I Gusti Putu Sedana.

Baca Juga :

I Gusti Putu Sedana menambahkan, sebelum melakukan upacara Melasti, tokoh adat atau Pedanda mengambil air suci di tengah laut. Pengambilan air suci diiringi tarian-tarian dari umat Hindu Desa Adat Patoman.

“Air suci yang sudah didoakan, kemudian dibagikan kepada seluruh umat hindu yang mengikuti upacara Melasti,” tambahnya.


Pedanda memimpin Upacara Melasti. (Foto: Istimewa)

Tidak hanya itu, tampak sesajian dalam wadah berupa makanan dan hasil panen telah disiapkan. Ratusan umat Hindu Desa Adat Patoman tampak khusyuk dan kidmat mengikuti prosesi upacara Melasti yang dipimpin Pedanda kecamatan Blimbingsari.

“Upacara Melasti kali ini lebih di khususkan kepada solidaritas antar umat beragama dan mempererat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta berdoa agar pandemi yang sudah terjadi hampir tiga tahun segera sirna dan seluruh umat bisa beraktivitas seperti biasa,” ujar I Gusti Putu Sedana. 

Upacara Melasti merupakan salah satu rangkaian dalam melaksanakan Hari Raya Nyepi Tawur Agung Kesanga dan menyambut Tahun Baru Saka 1944, sekaligus menetralisir dari hal-hal negatif.

Selama kegiatan berlangsung, panitia dan peserta upacara juga menerapkan protokol kesehatan secara ketat. “Sebelum melaksanakan Melasti, sesuai prosedur tingkat desa dan kabupaten kita melaksanakan pokokol kesehatan,” pungkasnya. (man/fat)