Tata Rias Mupus Braen Blambangan. (Foto: Rudianto)
KabarBanyuwangi.co.id – Tata Rias Pengantin tradisional terus disosialisasikan kepada nak-anak muda atau milenial, agar mereka tahu dan tidak meninggalkan tradisi yang diwarisi nenek moyang. Pada Tata Rias Tradisional, tersimpan filosofi hidup, kearifan lokal dan keindahan.
Seperti tata rias pengantin Using dengan nama Pupus Braen Blambangan, sebuah tradisi turun temurun dari masysrakat ujung timur pulau Jawa. Mupus Braen Blambangan biasanya digunakan Masyarakat Using kelas menengah, dengan warna dominan Merah dan Hitam.
Warna merah menyimbolkan sifat berani dari mempelai
laki-laki jika sudah berumah tangga, dan akan berani menanggung apapun yang
terjadi termasuk berani bersikap tegas. Sedangkan warna hitam menyimbulkan doa,
agar kedua mempelai bisa rukun sehidup-semati sampai akhirt hayat.
Nilai-nilai itulah yang ingin disosialisasikan kepada anak-anak muda
milenial, bahwa busana pengantin Using tidak saja enak dipandang mata, namun
lebih dari itu memeliki filosofi hidup, berupa doa dan harapan kepada yang maha
kuasa.
Festival Parade Busana Pengantin Adat Using, berlangsung di halaman belakang Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Banyuwangi, Rabu (2/6/2021) kemarin
Aktivitas merias pada Festival Parade Rias
Pengantin Using. (Foto: Rudianto)
Acara diikuti oleh 18 peserta dari wilayah Banyuwangi
Selatan, Rogojampi, Srono, Purwoharjo, Gambiran, Genteng, Sempu, Pesanggaran
dan Kalipuro.
Acara ini juga bertujuan melestarikan budaya Banyuwangi,
dengan mempererat silaturahmi antar sasama perias pengantin yang ada di
Banyuwangi. Para perias diharapkan, tidak saja piawai membuat cantik kedua mempelai
yang didandani.
Namun lebih jauh dari itu, mengerti filosofi dari segala bentuk pernak-pernik dalam adat tradisi tersebut. Fungsi perias juga sekaligus
sebagai penerjemah dari simbol-simbol yang ada pada Pupus Braen Blambangan.
Kadang perias juga dituntut bisa memimpin doa untuk mempelai berdua. Pasangan pengantin tidak saja indah dipandang dengan dandanan menawan, namun kelak bisa membangun mahligai rumah tangga yang rukun dan bahagai hingga akhir hayat.
(Penulis: Rudianto, Anggota Tim Promosi Kesenian dan
Pariwisata Banyuwangi)