Tenggelamnya KMP Yunicee Bukan Cuaca Buruk, Tapi Human FactorKapal Tenggelam

Tenggelamnya KMP Yunicee Bukan Cuaca Buruk, Tapi Human Factor

Kepala KNKT Soerjanto Tjahyono. (Foto: Firman)

KabarBanyuwangi.co.id - Penyelidikan peyebab pasti tenggelamnya KMP Yunicee masih terus dilakukan oleh tim Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Tim investigator masih terus melakukan proses wawancara terhadap puluhan penumpang maupun awak kapal yang selamat.

Kepala KNKT, Soerjanto Tjahyono menerangkan, wawancara ini penting dilakukan untuk mengetahui secara pasti kondisi kapal saat kapal akan berlayar hingga akhirnya tenggelam.

Indikasi adanya air laut yang masuk ke dalam kapal seperti yang disebutkan oleh beberapa penumpang selamat, juga masih terus dikaji oleh tim KNKT.

Baca Juga :

“Kita dengan awak kapal wawancara, data-data kapal kita kumpulkan, terus masalah cuaca bagaimana, dari BMKG apa laporannya, diteruskan kepada sispa-siapa,” kata Soerjanto Tjahyono kepada sejumlah wartawan, Sabtu (3/7/2021).

“Sudah ada sepuluh orang yang diwawancarai, besok Senin kita juga akan mewawancarai penumpang yang selamat termasuk sopir, kenapa dia tidak sempat pakai left jacket," imbuhnya.

Sementara itu, dari hasil rekaman Closed Circuit Television (CCTV) saat KMP Yunicee sandar di Dermaga MB I, Pelabuhan ASDP Ketapang, Banyuwangi, lambung kapal dalam kondisi kering, tidak sedang kemasukan air.

Di hari ke lima pasca tenggelamnya kapal, KNKT tidak setuju jika penyebab tenggelamnya KMP Yunicee yang banyak memakan korban manusia ini dikarenakan cuaca ekstrem, atau terseret arus. Melainkan dikarenakan human factor.

Cuaca buruk juga tidak bisa menjadi alasan akan penyebab terjadinya suatu kecelakaan transportasi. Mengingat di kawasan pelabuhan sudah terdapat otoritas pelabuhan yang bertanggung jawab akan boleh tidaknya pelayaran jika cuaca ekstrem terjadi.

“Intinya KNKT tidak pernah ngomong penyebabnya cuaca. Kalau memang nggak laik untuk dilayari ya jangan berlayar, gitu aja. Jadi ga pernah menyalahkan cuaca. Semua itu kan pasti berkaitan dengan masalah manusia, pasti ada human factor,” ucap Soerjanto Tjahyono.

“Tapi human yang mana dan apa yang harus diperbaiki. Yang penting dari KNKT, kita tidak untuk menyalahkan, kita hanya melakukan investigasi untuk supaya kejadian surapa dikemudian hari tidak terjadi kembali,” imbuhnya.  

Sementara itu, indikasi alat Emergency Position Indicating Radio Beacon (EPIRB) milik KMP Yunicee yang tidak berfungsi juga ditemukan oleh tim investigator KNKT. Sebab, saat kapal tenggelam, tidak terdeteksi oleh radar milik tim SAR yang ada di pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.

“Seharusnya alat emergency tersebut bisa muncul ke permukaan laut saat kapal tenggelam dan tim SAR yang ada di darat bisa mendeteksi,” pungkasnya. 

Penyelidikan yang dilakukan oleh tim KNKT ini masih dalam tahap awal. KNKT menyebut masih banyak penyelidikan lanjutan untuk memperoleh kesimpulan akhir akan penyebab tenggelamnya kapal dan penyelidikan ditargetkan akan rampung tiga bulan ke depan.

Sejauh ini, tercatat masih ada 18 korban tenggelamnya KMP Yunicee yang dinyatakan hilang. Namun, tim SAR gabungan di pelabuhan Gilimanuk melaporkan telah menemukan satu mayat yang belum diketahui identitasnya. Diduga kuat, mayat tersebut adalah korban tenggelamnya KMP Yunicee. (man)