Tetap Produktif di Pesantren: Meski Libur Panjang Santri Darussalam Blokagung Tidak MudikIAIDA Blokagung

Tetap Produktif di Pesantren: Meski Libur Panjang Santri Darussalam Blokagung Tidak Mudik

Keluarga Besar Pondok Pesantren Darussalam Blokagung pada saat Lebaran 2020. (Foto: Dok. Istimewa)

KabarBanyuwangi.co.id - Di saat sebagian besar santri sedang menikmati liburan Syawal dan berkumpul bersama keluarga, mulai tanggal  29 April 2021 sampai 06 Juni 2021. Ternyata ada sejumlah santri yang masih berada di pondok pesantren. Mereka tidak pulang dengan berbagai alasan, baik karena alasan pribadi ada juga terkena aturan pesantren.

Salah satu santri itu adalah Risma Muvida, santri asal Papua yang sudah berada di pesantren selama 6 tahun terkahir. Ia menyampaikan bahwa liburan kali ini memilih tidak liburan di rumah, terkait masalah biaya transportasi yang cukup mahal.

"Faktor biaya, karena saya kan disni juga sama adik, kalau untuk pulang pergi Merauke - Banyuwangi biayanya mahal mending disini," ungkapnya.

Baca Juga :

Vida menambahkan, untuk mengisi liburan digunakan sebagai refreshing. Selama ini setahun penuh di Pondok gak keluar, karena pandemi dan banyak hal yang bisa dilakukan santri.

"Ya karena sekarang liburan saya biasanya nonton film atau cari konten manfaat, kebetulan saya mahasiswi Komunikasi Penyiaran di IAIDA, yang fokus pada broadcasting," imbuhnya .

Sementara yang tidak pulang, karena terkena aturan pondok adalah mereka yang menjadi pengurus pesantren. Alasan lain, daerah asal santri yang jauh, umumnya berasal dari luar Jawa. Juga terkait dengan mahalnya biaya transportasi.


Keterangan Gambar : Vida salah satu team media pesantren: persiapan produksi konten digital pesantren. (Foto: Istimewa)

Salah satu santri yang juga pengurus pesantren dan saat ini menetap di pesantren adalah Imam Muslih, asal Provinsi Sumatera Selatan. Dua alasan menetap meski liburan:

1. Niatnya ngabdi (mengabdi), karena biasanya pas libur syawal santri jarang di pondok, padahal ndalem (Rumah Kiai) sangat membutuhkan (peran santri) ketika hari raya, misalnya di ndalem kesepuhan. Ketika ada tamu, kalau tidak ada santri terus bagaimana nanti, juga bisa bersih-bersih di lingkungan pesantren.

2. Pulang nya sekalian boyong dan mboyong. Artinya, niat kedua pulang nya ketika sudah selesai belajar dan bisa membawa istri dari pesantren ke rumah.

Liburan bukan berarti libur segalanya, di pesantren untuk urusan kegiatan adalah gudangnya. Misalnya kegiatan di masa Ramadhan dan bulan Syawal nanti, sudah berbeda.

Kalau masih Ramadhan diantaranya kegiatan malam hari, menghidupkan masjid dengan Tadarus Al Qur’an, pagi  bersih-bersih Lingkungan Pesantren, sore hari ke maqom pendiri untuk melaksanakan tahlilan,


Keterangan Gambar : Rutinitas santri membersihkan lingkungan pesantren pagi dan sore. (Foto: istimewa)

Menurut pengakuan pak pers, nama panggilan Imam Muslih, ada hal yang paling menghibur ketika di pesantren saat liburan, diantaranya bisa bertemu terus dengan para masyayikh, khususnya bisa full berjama’ah dengan masyayikh.

Bisa melaksnakan perintah pengasuh, apapun perintahnya kalau pengasuh yang memberikan sangat beda rasanya, dan semangat, bisa dekat dengan beliau-beliau.

Tidak semua santri yang masih menetap di pesantren adalah santri luar Jawa. Misal Maulidatul Hasanah, santri asal Kecamatan Srono, Banyuwangi yang kurang lebih jarak antara pesantren dan kampung halaman hanya sekitar 30 KM atau 40 menit waktu jarak tempuhnya.

Lida mengungkapkan kenapa tidak pulang. "Saya sudah disini sejak 2007, kalau dihitung-hitung ada 14 tahunan, dan saya belum pernah merasakan merayakan hari raya bersama pengasuh," ungkapnya.

Ia mengatakan, untuk mengobati rindu dengan orangtua dilakukan dengan saling bertelepon dengan orang tua. “Sebenarnya rindu juga dengan orangtua di saat liburan ini. Tetapi tidak apa-apa, sayang dengan biayanya kalau waktu liburnya pendek seperti saat ini,” katanya.

Ada juga yang beralasan tidak pulang, karena menemani saudaranya yang juga Mondok di Darussalam. “Saya memilih tetap berada pondok sekaligus menemani sepupu yang juga tidak pulang,” ucap Fadel, dengan menyebut nama sepupunya, Muhammad Fuadi Azhar, yang juga berasal dari Balikpapan.


Keterangan Gambar : Ponpes Darussalam Blokagung tampak dari atas. (Foto: Istimewa)

Namun alasan lain disampaikan Muhammad Aqshal, santri asal Kendari ini memilih tidak pulang. Selain sebagaimana disampaikan teman-temannya, kerinduan dengan orangtua sudah terobati pada tahun ini ketika para santri dipulangkan oleh pondok pada akhir Maret 2020 saat pandemi Corona merebak.

“Ketika para santri dipulangkan oleh pondok, kita sudah sempat berada di rumah selama lebih dari 3 bulan. Oleh karena itu, pada saat liburan semester ini saya memilih tetap tinggal di pondok,” kata Muhammad Aqsal.

Alasan tidak pulang karena sudah pernah pulang lama saat awal Corona merebak, juga dipilih Muhammad Abdul Basith asal Sorong dan Musyafa Hadi Romadhon asal Manokwari. “Waktunya sekarang tanggung. Sayang dengan biayanya jika hanya sebentar berada di Sorong,” kata Basith.

Santri lainnya di kampus Surabaya yang tidak pulang adalah Fatih Abdurrahman (Balikpapan), Muhammad Fadil (Palopo, Sulawesi Selatan), Arif Rahmatullah (Lombok Barat), Ye’anazul Rozak (Lombok Timur), dan Abdulrahim (Makasar).

Mereka mengatakan, pada saat tidak pulang ini waktunya diisi dengan Murojaah dan berolahraga. “Kita berolah futsal dan bulutangkis. Juga memancing. Semua kegiatan ini ditemani ustadz yang masih berada di pondok,” kata Abdurrahim.

(Penulis: Moh. Hasyim Iskandar, Staf Kabid Komunikasi dan Publikasi PP Darussalam, Blokagung)