ADT bersama almarhum Ir Ciputra. (Foto. Dok Pribadi)
KabarBanyuwangi.co.id - Penunjukan Kritikus Seni Lukis Nasional sebagai Kurator Pemeran Lukisan bertajuk ‘Kembang Langit’, disambut gembira Kurator Nasional kelahiran Rogojampi ini. Menurut Agus Dermawan T, dengan menjadi kurator pameran maka akan bisa tahu aktivitas perupa Banyuwangi selama pendemi.
“Saya sangat gembira menerima tawaran jadi kurator
(meskipun hanya online) Pameran Kembang Langit, untuk Harjaba tahun 2021 ini.
Dari sini, saya jadi tahu aktivitas dan kreativitas perupa Banyuwangi di kala
pandemi,” ujar Agus Dermawan kepada KabarBanyuwangi.co.id, Selasa (25/5/2021).
“Mereka ternyata terus berkarya, dan terus berupaya untuk
mensosialisasikan karyanya, meski dalam situasi sulit akibat covid,” imbuh Agus
Dermawan T.
Agus Dermawan T, atau biasa disingkat ADT menambahkan,
seniman atau perupa harus hadir di tengah masyarakat dalam kondisi apapun.
Kehadiran perupa dengan karyanya, pasti ditunggu masyarakat
penikmat karyanya, apalagi sedang dilanda kesepian, kesusahan dan kegelisahan
akibat pandemi.
“Semua tahu, muara dari kemunculan karya itu akan
memberikan penghiburan kepada banyak orang, pada momentum ini,” tambah penulis buku-buku seni budaya ini.
“Seni rupa Banyuwangi akan menunaikan tugasnya yang paling
utama, menciptakan sensasi kesenangan dalam hati masyarakat. Menciptakan
penghiburan itu kerja yang paling mulia,” imbuh Konsultan Koleksi Benda Seni Istana
Presiden ini.
ADT dengan salah satu Buku karyanya. (Foto:
Dok. Pribadi)
Mengenai sejarah seni-rupa Banyuwangi, ADT mempunyai
cacatatan khusus. Bahwa Banyuwangi mencatatkan prestasi khusus dalam sejarah seni
rupa Indonesia, lewat beberapa seniman.
Mozes Misdy, Huang Fong (Genteng), S Yadi K (Banyuwangi)
adalah ikon. Lukisan Mozes yang pernah sangat populer di banyak art shop sukses
menjebol citra inklusif. Ini “Lukisan Massa” yang sangat berhasil.
“Karya Huang Fong dan S Yadi K yang tergantung di Galeri
dan Museum prestisius dan elite menjadi penanda di sisi lain. Dua kutub “massa”
dan elite diisi oleh seniman Banyuwangi. Ini luar biasa. Saya yakin reputasi
ini akan diikuti seniman Banyuwangi lainnya,” tegas ADT.
ADT yang awalnya sempat melukis dan akhirnya memilih
menjadi kritikus seni ini, berharap muncul semangat “Kebanyuwangian” dalam
kanvas perupa Banyuwangi. Terutama dalam pemilihan tema, juga dalam
mengeksplor potensi seni-budaya daerah ujung timur pulau Jawa ini.
“Spirit ke-Banyuwangian seharusnya tetap ada dalam karya
seniman Banyuwangi. Spirit itu ditandai dengan pemilihan tema, semangat hybrid
Lare Osing (jiwa Jawa Bali Madura), dan sebagainya. Sehingga seni Banyuwangi
berciri khas dalam karya-karyanya,” cetus Konsultan Museum Artpreneur Ciputra
ini.
ADT sedang bersepeda di Istana Presiden
Tampaksiring Bali. (Foto: Dok. Pribadi)
Populasi perupa Banyuwangi, tidak luput dari amatan ADT.
Bahkan lebih dari 10 tahun lalu, ADT mencatat ada 120 lebih jumlah perupa
Banyuwangi. Jumlah ini hampir sama dengan perupa di Bandung, bahkan
Jakarta.
“Hebat lho. Terkumpulnya para pelaku seni ini, menunjukkan
kemaksimalan upaya dalam menggerakkan seni. Semoga semangat ini tetap terpancar
sampai sekarang, walau mungkin hanya diwakili oleh para seniman yang kelak
lolos dalam pameran bertajuk Kembang Langit yang digelar Desember 2021
mendatang,” pinta ADT.
Ada harapan besar ADT terhadap Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi, karena dinilai pesat perkembangan pariwisatanya, seharusnya
memfasilitasi semangat seni rupa sebagai aset utama Pariwisata.
“Saya harap dan semoga sudah ada, Banyuwangi membangun
Galeri Seni Rupa Banyuwangi. Gallery itu harus besar sekalian, karena potensi
perupanya sangat banyak. Kelak Gallery ini bisa menjadi etalase utama
pariwisata Banyuwangi,” pungkas Konsultan Biro Lelang Christie’s
Singapura-Hongkong ini. (sen)