Anjangsana Lebaran PMI Asal Banyuwangi di Hongkong, Saat Pendemi Covid-19Pekerja Migran Indonesia

Anjangsana Lebaran PMI Asal Banyuwangi di Hongkong, Saat Pendemi Covid-19

Anjangsana Pekerja Mingran Indonesia (PMI) di Victoria Park Hongkong. (Foto: Tirto Arum)

KabarBanyuwangi.co.id - Satu syawal 1442 Hijriah yang jatuh pada hari Kamis kemarin atau bertepatan dengan tanggal 13 Mei 2021, memang menyisakan sesak di dada, karena masih dalam kondisi pandemi.

Sholatpun dilakukan secara diam-diam dan berpencar sekaligus jauh dari keluarga. Pekerja Migran Indonesia (PMI), harus membagi waktu antara tes swab, sholat Ied, dengan pekerjaan yang waktu itu tidak libur.

Namun menjadi sedikit terpancar kebahagiaan, bisa melaksanakan sholat Ied bersama di lapangan Victoria Park dan tempat lainnya seperti, Masjid Agung daerah Kowloon Park Tsim Tsa Tsui dan lima tempat lainnya, walaupun harus terbagi menjadi beberapa gelombang.

Baca Juga :

Saat Lebaran memasuki hari keempat, bertepatan hari Minggu kemarin tanggal 16 Mei 2021, para pekerja migran melakukan anjangsana ke beberapa aliansi untuk mempererat tali silaturahim dan persaudaraan.

Tentu masa pandemi yang belum kunjung membaik ini, membawa berkah tersendiri, dalam artian mendekatkan diri dengan saudara yang jauh. Lebih sederhana, namun tetap mengingatkan tentang kampung halaman yang telah kami tinggalkan.

Lebaran ciri khas tanah kelahiran membuat kita tidak berlarut larut dalam kesedihan. Beda aliansi, tentu berbeda juga suguhan makanan yang beraneka ragam. Mereka menyajikan nasi pecel, nasi goreng, bakso, buah, kue kering, tape ketan, nasi tiwul, jajanan pasar dan aneka minuman khusus.


Keterangan Gambar : Fto bersama saat bertemu liburan hari keempat Idul Fitri. (Foto: Tirto Arum)

Kami yang berasal dari Banyuwangi, menyajikan es buah segar, endog cit, ketupat  lontong sayur, atau tahu lontong. Kami para anggota saling bahu membahu, menyambut Lebaran di tanah rantau dan tidak peduli saat musim panas seakan melelehkan tubuh.

Cuaca yang sangat panas, kemarin sekitar 34 derajat celcius, terpaksa kami harus membuka tenda-tenda darurat, sebagai tempat makanan agar tidak cepat basi. Kami juga mencari tempat yang sedikit teduh, agar tubuh tidak terlalu dehidrasi .

Lapangan rumput Victoria Park atau tempat lainnya di Hongkong, juga hampir sama berbagi kebahagiaan. Seperti halnya di Indonesia, saat sanak saudara datang Halal Bihalal. Ada tradisi kita memberikan uang, dalam bentuk pecahan uang baru, kami juga tetap melakukan tradisi tersebut.

Kemarin, dalam waktu yang bersamaan pula, penulis melakukan Halal Bihalal secara virtual, bersama saudara Ikatan Keluarga Banyuwangi (Ikawangi) dunia yang dimoderatori langsung oleh Kang Antariksawan Jusuf. 

Kami saling memberitahukan kondisi Lebaran di tempat masing-masing, sambil saling bermaafan. Dari sini kami yang tergabung dalam grup Whatshapp (WA), biasa bercanda tanpa tahu seperti apa wajah mereka.

Adanya Mudik-Online ini, kami menjadi tahu dan mengenal wajah mereka, siapa dan dimana beliau-beliau berada. Dari Sabang sampai Merauke, dari Indonesia sampai ujung dunia, kami dipertemukan dalam satu rumah, walaupun jauh dari rengkuhan, tapi sesungguhnya dekat dalam doa.

Serasa berada di tanah air, persahabatan dan persaudaraan itu begitu sangat dekat. Jarak dan pandemi, bukanlah sebuah halangan untuk bersilaturahim, saling mendukung, dan saling mengingatkan satu sama lain.

Sebuah kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri, bisa bersua langsung dengan beliau-beliau, meskipun tidak seluruhnya bisa saling menyapa dan berinteraksi secara virtual dan sangat singkat.


Keterangan Gambar : Pekerja Migran Indonesia (PMI) juga bermaaf-maafan saat merek saling bertemu. (Foto: Istimewa)

Hari minggu kemarin, kami para pekerja migran di Hongkong, juga tengah melakukan aksi pemasangan pita merah di dada atau lengan, sebagai tanda protes kami bahwa pekerja migran bukan penyebar virus seperti yang dituduhkan warga pribumi dan pandangan sinis mereka terhadap para pekerja.

Siapapun tidak menginginkan diskriminasi, warga pribumi tidak wajib tes swab atau vaksin. Sedangkan pekerja migran wajid tes dan selalu dijadikan ujung tombak atas nama covid.

Banyaknya oknum-oknum yang seakan berkuasa, seperti tidak membutuhkan siapa pekerja migran, walaupun tidak semua majikan berperilaku buruk terhadap pekerjanya.

Akhirul kalam, taqoballahu mina wa minkum shiyaamaanaa washiyamakum taqobal ya karim. Penulis memohon maaf yang sebesar besarnya, tidak ada kata terindah di bulan penuh fitrah ini dan kasih sayang, selain minal aidin wal faizin mohon maaf lahir dan batin.

Semoga Allah mempertemukan kita kembali dengan bulan suci Ramadhan yang akan datang. Mari kita tetap menjaga kesehatan diri sendiri dan orang disekeliling kita dan semoga pandemi ini segera berakhir, aamiin.

Cheung Sha Wan, 17-5-2021

(Penulis: Tirto Arum, Pekerja Migran Indonesia asal Cluring, Banyuwangi)