Batik Warna Cerah, Upaya Menggaet Kaum Milenial Agar Cinta Pakaian TradisonalBatik Khas Banyuwangi

Batik Warna Cerah, Upaya Menggaet Kaum Milenial Agar Cinta Pakaian Tradisonal

Fathur Rohman dengan karyanya Batik Wijaya Kusuma (Foto: Rudiyanto)

KabarBanyuwangi.co.id - Berbekal ilmu membatik, saat kerja ikut saudaranya yang punya asaha batik selama 4 tahun, pasangan Fathur Rohman (34) bersama Leni Prastica Agustyani (32) istrinya, memberanikan diri membuka usaha batik sendiri.

Tekad Fathur Rohman, warga Dusun Jagalan Desa/Kecamatan Rogojampi ini semakin menebal, karena sang istri selama ini sudah menekuni kegiatan jual batik. Bertempat di rumahnya Belakang Kantor MWC NU Rogojampi, kedua pasangan muda ini merintis usaha batik dengan brand Wijaya Kusama.

Nama Wijaya Kusuma diambil dari nama bunga, karena corak batiknya seperti bunga Wijaya Kusama. Motif yang dikembangkan tetap batik khas Banyuwangi, seperi Blarak Sempal, Kopi Pecah, Gedhegan, Sekar Jagat, dan Beras Kutah.

Baca Juga :

Warna-warna cerah yang ditonjolkan, sebagai upaya menarik perhatian kaum milenial. Agar mereka ikut serta melesatrikan batik warisan leluhur, daripada berpaling ke pakaian-pakaian modern.

Saya mengenal kedua pasangan ini sudah lama, terutama saat ikut pelatihan yang diadakan Dinas Perindag Kabupaten Banyuwangi. Bahkan Udeng khas Banyuwangi yang sering saya kenakan setiap ada acara, juga pesan dari Mas Fathur dan Mbak Leni.


Leni, istri Fathur Rohman Makerting Batik Wijaya Kusuma. (Foto: Rudiyanto)

Usaha yang diawali tahun 2019, sekarang mulai berkembang dengan dibantu 5 orang karyawan. Mbak Leni masih mengajar di sebuah Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Blimbingsari, selain sebagai pemasaran Batik Wijaya Kusama yang diproduksi suaminya.

Pesanan juga mengalir, mulai dari perorangan hingga instansi, seperti Sekolah, Dinas. Bahkan pesanan dari luar juga langsung diterimanya, karena promosi gencar dilakukan pasangan Fathur-Leni melalui media-sosial atau pasar online.

Dari sejumlah motif khas Banyuwangi, yang paling diminati pemesan adalah motif Gajak Oling dan Kopi Pecah. Konsep ‘ngejreng’ atau warna-warna cerah, memang untuk mengangkat nilai batik dari kesan busana orang tua menjadi pakaian yang layak dikenakan anak milernial.

Harga yang ditawarkan sangat kompetitif, untuk batik cap harganya Rp. 90 ribu hingga Rp.200 ribu perpotong. Sementara untuk batik tulis, mulai harga Rp. 250 ribu hingga Rp. 1 juta. Bisa juga pesan motif-motif tertentu, harga menyesuaikan dengan tingkat kerumitan motif dan kesulitan pengerjaan.


(Penulis: Rudianto, Tim Promosi Kesenian dan Pariwisata Banyuwangi)