Kondisi truk yang terguling dibiarkan dipinggir jalan menunggu dievakuasi. (Foto: KabarBanyuwangi.co.id)
KabarBanyuwangi.co.id – Diduga ngeblong terobos kemacetan panjang melawan arus di jalur Pantura Situbondo-Banyuwangi, truk Hino bermuatan material bata ringan dari Probolinggo, Jawa Timur tujuan Karangasem, Bali terguling, Minggu (3/8/2025).
Beruntung body truk nomor polisi (Nopol) DK 8396 AQ tidak sampai menutupi badan jalan, sehingga tak sampai menimbulkan kemacetan semakin parah. Atas peristiwa tersebut, sang sopir selamat, tidak sampai mengalami luka.
Pengakuan sang sopir, Nyoman
Monot nekad menerobos antrian panjang kendaraan di tengah kemacetan parah
memang salah. Harapannya agar cepat tiba di Pelabuhan Ketapang untuk bisa
menyeberang ke Bali.
Menurutnya, kalau sampai
mengantri semalam lagi, bekal untuk kebutuhan hidup di penampungan tak akan
tercukupi. Karena bekal sudah menipis setelah terjebak macet 3 hari tiga malam
di jalur Pantura.
Sehingga sang sopir nekat
ngeblong, ditambah lagi ada oknum pengurus kendaraan meyakinkan dirinya bisa
langsung menyeberang.
“Saya disuruh maju sama pengurus
dan ngawal lewat jalur kanan, tau-tau jalan ambles, terus truk terguling. Tapi
saya nggak apa-apa,” kata Nyoman Monot, sopir warga Kabupaten Karangasem, Bali.
Sementara itu, akibat kecerobohan
sang sopir, muatan material bata ringan seberat 30 ton yang sedianya akan
dipakai untuk pembangunan di Bali tersebut harus tertahan lebih lama lagi.
Kendaraan truk yang terguling pun
juga masih dibiarkan di pinggir jalan raya sekitar satu kilometer menuju
pelabuhan Ketapang, menunggu kondisi antrian untuk dievakuasi.
“Ini masih menunggu kendaraan dari Bali, katanya barangnya mau diangkut lagi, tapi masih nunggu. Lagi juga nggak bisa dipindah barangnya, karena ini masih ada antrian,” ujar Nyoman Monot.
Nyoman Monot, sopir kendaraan logistik yang terguling.
(Foto: KabarBanyuwangi.co.id)
Hingga saat ini, kemacetan
panjang kendaraan logistik di jalur Pantura menuju pelabuhan ketapang,
Banyuwangi masih terus terjadi. Pada Minggu, (3/8/2028) malam, ekor antrian
mengular sejauh sekitar 6 kilometer.
Kemacetan yang berlangsung lama
tersebut sangat dikeluhkan oleh sopir logistik. Karena berkurangnya kapal yang beroperasi
pasca tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya, sangat merugikan bagi sopir logistik.
Para sopir berharap kepada
pemerintah atau pihak otoritas pelabuhan untuk memikirkan nasib mereka yang
menjadi korban kemacetan hingga berlarut-larut, agar dilakukan penanganan secara serius.
“Ini berlarut-larut macetnya, kalau bisa segera diatasi biar lebih cepat. Kasian para sopir yang lain, ada yang macet 4 hari, 5 hari, ada yang 6 hari. Banyak yang kehabisan uang, untuk makan saja susah,” harap Nyoman Monot. (tim)