(Foto: Humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Potensi pertanian di Kabupaten Banyuwangi terus dikembangkan. Salah satunya jeruk dekopon. Kini, sejumlah petani Banyuwangi sedang getol mengembangkan jeruk Dekopon yang tengah menjadi primadona. Jeruk yang berasal dari Jepang tersebut memiliki harga jual yang cukup tinggi.
"Untuk harga dari petani Rp 50 ribu per kilogram. Permintaannya pun tinggi. Saya memenuhi permintaan sejumlah langganan dari Jakarta, Surabaya dan sejumlah kota lainnya," ujar Sujarwo, petani Desa Kedungwungu, Kecamatan Tegaldlimo, saat dikunjungi Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Minggu (24/1/2021).
Sujarwo menjelaskan, jeruk ini
sudah mulai berbuah di usia tiga tahun. Produktivitasnya bisa mencapai 50-80
kilogram per pohon dalam satu tahun.
"Jeruk ini berbuah tidak
berdasarkan musim seperti jeruk Siam pada umumnya. Ini bisa berbuah sepanjang
masa. Asalkan perawatannya dilakukan dengan baik," ungkap Sujarwo yang
memiliki lahan seluas 2,5 hektar tersebut.
Kepala Dinas Pertanian Arief
Setiawan menyebutkan, kondisi lahan di Banyuwangi cocok untuk pengembangan
jeruk Dekopon. "Perawatannya juga cukup mudah. Sama dengan jeruk
lainnya," terangnya.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi
Abdullah Azwar Anas mengapresiasi inovasi para petani.
"Inovasi ini perlu kita
dukung. Bagaimana para petani bisa mengambangkan aneka varietas tanaman yang
memiliki nilai jual tinggi," ungkap Anas sembari meminta Dinas Pertanian
untuk lebih intensif mendampingi para petani jeruk tersebut.
Anas menyebutkan, saat ini Pemkab
Banyuwangi juga telah memberikan subsidi pupuk organik gratis untuk 400 hektare
per kecamatan untuk tanaman pangan, dan ratusan hektare per kecamatan untuk
tanaman hortikultura. Program ini juga telah berlangsung pada 2020.
"Dengan pemberian pupuk organik gratis ini, kami harap dapat membantu kebutuhan pupuk petani. Ini ke depan bantuan pupuk juga harus dinikmati petani jeruk di daerah Tegaldlimo ini,” ujarnya. (Humas/kab/bwi)