(Foto: Dok/Facebook/Ridwan Abdi)
KabarBanyuwangi.co.id - Beberapa hari belakangan, saya mengamati salah satu platfom media sosial yaitu Facebook. Kontennya tak begitu menarik memang, karena isu sosial politik yang hanya itu-itu saja nampak di beranda.
Namun, ada yang mengusik perhatian dari status seorang teman yang menampilkan fenomena kerusakan jalan di desa, terlebih jalan tersebut merupakan akses utama menuju tempat wisata.
Status itupun lekas menuai komentar beragam dari masyarakat
dunia maya. Sebagian ada yang menyuarakan kekesalan, hingga umpatan yang
menyalahkan pemerintah daerah setempat yang dianggap kurang perhatian. Sebagian
ada pula yang cukup bertanya dengan sedikit tak acuh.
Fenomena kerusakan jalan di beberapa titik Desa Sarongan,
Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur itu sebenarnya bukanlah hal baru. Sejatinya
jalan tersebut merupakan akses utama menuju berbagai tempat wisata seperti,
Pantai Rajegwesi, Pantai Teluk Hijau, Pantai Mbaduk, dan beberapa lainnya.
Akses jalan tersebut tentu sangat penting bagi masyarakat
setempat karena penuntun bagi arus wisatawan. Kalau jalannya baik, wisatawanpun
akan nyaman dan perjalanan tidak membosankan. Selain itu, jalan ini juga
diandalkan sebagai akses utama perekonomian bagi masyarakat setempat.
Melihat kondisi kerusakan jalan yang terus berulang seperti
ini, rasanya tak elok jika sampai harus mengumpat dan hanya menyalahkan
pemerintah daerah setempat. Namun, kritikan yang membangun tetap perlu
disampaikan, agar pembenahan tak sekedar jadi wacana.
Kondisi jalan yang baik akan memudahkan mobilitas penduduk
dalam mengadakan hubungan perekonomian dan kegiatan sosial lainya, sedangkan
jika terjadi kerusakan jalan akan berakibat bukan hanya terhalangya kegiatan
ekonomi dan sosial, dan bisa saja dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan
lalu lintas.
Pemkab Banyuwangi Tak Perhatian?
Setelah momentum suksesi Pemilukada Serentak tahun 2020
berlangsung dengan lancar dan hikmat ditengah pandemi, suka cita pun dirasakan
oleh masyarakat pendukung calon pemenang, terlebih lagi oleh sang pasangan
calon kepala daerah pemenang. Nampaknya rasa bahagia itulah yang sedang
menyelimuti sosok Ipuk Fiestiandani Azwar Anas.
Pasalnya istri Bupati Banyuwangi dua periode itu telah
dinyatakan menang meraih suara terbanyak dalam pemilu kemarin melalui hitung
cepat. Ipuk dipastikan akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan Kabupaten
Banyuwangi dari suaminya, selama lima tahun kedepan.
Pekerjaan rumah tentu tidaklah sedikit, masih banyak desa
yang masih kurang sentuhan pembangunan, karenanya sangat dibutuhkan perhatian
dan kepekaan yang lebih besar dari pemimpin terpilih kedepan. Tak dipungkiri
memang dibawah tangan dingin Abdullah Azwar Anas, Banyuwangi telah menjelma bak
surga wisata di ujung timur pulau Jawa.
Pesona objek wisata yang indah menjadi nilai tambah untuk
mengangkat nama Banyuwangi dikancah pariwisata internasional. Namun, sayangnya
pandangan mata Bupati Abdullah Azwar Anas masih kerap luput, beberapa desa
disudut-sudut Kabupaten Banyuwangi masih terus dihantui momok keprihatinan
seperti kerusakan jalan dan minimnya penerangan jalan.
Alangkah bijak dan bajiknya, jika sebelum Bupati Abdullah
Azwar Anas selesai dengan masa jabatannya menyempatkan diri tinjau lapangan,
melihat situasi kondisi masyarakat dan realitas pembangunan di wilayah yang
selamaini dipimpin.
Semisal berkunjung ke desa Sarongan-Kandangan, untuk
menyaksikan langsung bagaimana rusaknya jalan utama desa yang juga menjadi
satu-satunya akses menuju kawasan wisata.
Bukan bermaksud buruk, hanya saja para pemimpin daerah
seringkali dininabobokan oleh laporan-laporan fiktif bernuansa “Asal Bapak
Senang” dari jajaran dinas di bawahnya sehingga menimbulkan kesan abai dimata
masyarakat yang tidak merasakan dampak pembangunan.
Selain Wisata, Prasarana Justru Utama
Begitu banyaknya hal menarik untuk dikunjungi oleh para
wisatawan di Kabupaten Banyuwangi. Tak terkecuali di desa Sarongan-Kandangan
tadi, yang menawarkan pesona keindahan pantai dan bentangan alam yang
menakjubkan.
Akan tetapi, wisata yang baik dan menarik perlu dibarengi
dengan fasilitas sarana dan prasarana umum yang juga baik pula, misalnya jalan
yang mulus, jaminan keamanan, penerangan jalan baik, dan beberapa fasilitas
pendukung lainnya seperti penginapan dan pusat perbelanjaan.
Tentu hal-hal seperti inilah yang mestinya harus ikut dipercepat
pembangunannya seiring dengan derajat promosi objek wisata agar harapan
peningkatan perekonomian daerah dan warga bisa nyata terwujud.
Namun, melihat kondisi jalan desa yang rusak di sana-sini,
terlebih akses menuju objek wisatanya sangatlah disayangkan.Padahal dari dulu
para pemerintah itu sendiri sejak masa kampanye pemilihanlah yang kerap
mengumbar janji kepada masyarakat calon pemilihnya:
“Kami akan hadirkan pembangunan di wilayah ini, sebab kalau
jalan mulus ekonomi pasti bagus”, dan hampir setiap musim suksesi kepemimpinan
disegala lapisan, dari RT sampai presiden, dari eksekutif hingga legislatif,
janji begini seakan sudah menjadi template yang diulang-ulang meski terdengar
begitu menjemukan.
Penting diketahui, wewenang penyelenggaraan perbaikan jalan
di pedesaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah, hal itu teramat jelas
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2006
tentang jalan pada pasal 57.
Ayat 1 menjelaskan Wewenang penyelenggaraan jalan ada pada
Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Kemudian ayat 2 Wewenang penyelenggaraan jalan oleh
Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penyelenggaraan jalan
secara umum dan penyelenggaraan jalan nasional.
Selanjutnya ayat 3 Wewenang penyelenggaraan jalan oleh
pemerintah daerah meliputi penyelenggaraan jalan provinsi, jalan
kabupaten/kota, dan jalan desa.
Pada ayat ke 4 meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan,
dan pengawasan secara makro sesuai dengan kebijakan nasional, dan pada pasal 5
meliputi jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan
desa.
Selayaknya pemerintah kabupaten Banyuwangi lebih cepat
tanggap, terutama dalam pembangunan dan pemeliharaan jalan di daerahnya.
Terlebih seorang pemimpin semestinya tak hanya menunjukkan perhatian saat musim
pilkada atau karena agenda tertentu saja, melainkan di setiap saat sejak bangun
dari tidur, bahkan hingga di alam mimpinya.
Telah menjadi amanah bagi seorang pemimpin mengkondisikan
rakyatnya dapat hidup sejahtera dan makmur. Pertanyaannya, akankah jalan-jalan
desa di Banyuwangi di kepemimpinan baru kelak akan lekas disulap berlapis
permadani surgawi, atau malah sekedar menambal sulam pekerjaan pemimpin
sebelumnya? Mari kita uji.
(Penulis: Dwi Purnomo, Koordinator Mahasiswa
Buddha Banyuwangi)