Keterangan Gambar : Almarhum Mozes Misdy diapit S Yadi K (kanan) dan Samsudin Adlawi Direktur Radar Banyuwangi. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id – Meninggalnya pelukis senior Banyuwangi, Mozes Misdy meninggalkan kesan mendalam bagi seniman Banyuwangi. Terutama pelukis senior yang juga koleganya, S Yadi K. Bagi Yadi, Mozes Misdy adalah orang tua dan teman yang baik, saat diajak diskusi masalah kesenian.
“Saya kenal dengan Pak Mozes, saat sama-sama berkarya di Ubud Bali. Sebelumnya saya sudah berkiprah di Jakarta dan Pak Mozes ternyata sudah malang melintang di kota-kota di Indonesia,” kenang Yadi kepada KabarBanyuwangi.co.id, Senin (01/02/2021)
“Saya belum tahu seberapa besar kerja dan pengaruh Pak
Mozes di dunia kesenian. Namun setelah itu, saya sering berkunjung ke rumahnya
dan tahu siapa sosok Pak Mozes,” imbuhnya.
Menurut Yadi, almarhum Pak Mozes mudah akrab dengan siapa
saja. Baik sesama pelukis, juga dengan para pejabat. Meskipun sudah melalang
jagad, namun Pak Mozes tidak melupakan tanah kelahirannya Banyuwangi, serta
terus memompa semangat anak-anak muda yang mempunyai bakat seni-lukis.
“Saya tahu awal-awal kenal Pak Mozes, meski sudah menyandang
nama besar, ternyata memasarkan karya Pak Mozes itu tidak mudah. Namun Pak
Mozes menikmati hidup demikian itu, hingga kenal dengan seorang Lurah Ketapang
yang juga senang lukisan. Tanah yang ditempati Pak Mozes di Ketapang itu, juga
atas kebaikan Kepala Desa yang senang lukisan itu,” tambah Yadi.
Revolusionernya gerakan Pak Mozes dalam berkesenian,
ternyata tidak saja di Banyuwangi. Bahkan saat di Medan, Sumatera Utara (Sumut), Pak Mozes juga
melakukan hal yang sama.
“Saking akrabnya dengan orang-orang Medan, akhirnya Pak
Mozes bisa mempersunting gadis Medan yang merupakan anak seorang tokoh. Bu
Mozes akhir jadi Guru di Ketapang hingga pensiun dan betah tinggal di Ketapang,”
imbuh Pemilik Gallery Kawitan ini.
Mozes Misdy pernah menggerakan seniman Banyuwangi untuk
berpameran, dengan membentu Sanggar Setinggil. Saat itu selain sebagai
penggerak, Pak Mozes juga yang menjembatani para seniman dengan pejabat Pemkab
Banyuwangi.
“Saat Pak Mozes masih senang berpetualang, salah satu yang
mendorong agar menetap di Banyuwangi juga seorang pejabat saat itu. Apalagi
nama Pak Mozes mulai naik, serta menjadi pembicaraan tingkat nasional,” jelas
Yadi.
Keheranan Yadi hingga saat itu, Almarhum Pak Mozes gigih
dalam memperjuangkan prinsip kesenian.
“Bahkan di Kota Tegal, Jawa Tengah, Pak Mozes bisa mewarnai
seni rupa di sana. Atas gerakan dan kerjakerasnya, ujung-unjungnya Pak Mozes di
minta tinggal di kota tersebut,” kenang Yadi.
“Apapun yang terjadi, kita harus merelakan kepergian Pak
Mozes. Sebagai koleganya, saya berpesan kepada tema-teman agar terus menghidupi
semangat yang pernah ditanamkan Pak Mozes dalam berkarya. Selamat jalan Sang
Maestro, semoga amal baikmu diterima Allah subhanahu wata'alla dan kita-kita yang
masih hidup bisa mewarisi semangat berkesenianmu. Amin,” pungkas Yadi. (sen)