Penikmat kopi bawa sampah untuk ditukarkan secangkir kopi. (Foto: Firman)
KabarBanyuwangi.co.id - Sebuah kedai kopi sederhana yang berada di Lingkungan Welaran, Kelurahan Penganjuran, Kecamatan Banyuwangi Kota, menawarkan konsep yang sangat unik bagi penikmat kopi.
Untuk bisa menikmati secangkir kopi, pengunjung atau penikmat kopi tak perlu repot mengeluarkan uang, melainkan hanya cukup membayar dengan seperempat kilogram sampah anorganik. Seperti sampah plastik, botol bekas air mineral maupun bungkus bumbu dapur yang sulit terurai oleh tanah.
Keunikan kedai kopi yang biasanya mangkal di kawasan Stadion Diponegoro ini, mendapat respon positif dari masyarakat dan penikmat
kopi.
“Ini saya pikir keren idenya, kita bisa menikmati kopi
tanpa bayar, apalagi bayarnya cuma pakai sampah. Sampah di rumah banyak, daripada
dibuang di sungai atau dibiarkan, bawa sini saja, bisa dapat kopi,” kata Agung
Sedana, penikmat kopi.
Kedai kopi sederhana ini tak ubahnya seperti kedai kopi
pada umumnya. Berbagai jenis kopi disajikan, mulai dari kopi arabica, robusta,
coffee late, hingga kopi Vietnam drip.
Menikmati
secakir kopi dari hasil tukar sampah. (Foto: Firman)
Selain bisa menjadi bagian kampanye bebas dari sampah,
penikmat kopi juga bisa melihat langsung proses penyajian kopi dari barista.
“Ini kopinya robusta, enak dan langsung digiling juga sama baristanya.
Tadi saya bawa sampah hampir satu kilo, tapi hanya seperampatnya yang bisa
ditukarkan. Ini juga bisa dijadikan kampanye bebas dari sampah,” tambah Agung
Sedana.
Sementara itu, Novian Darma Putra, pemilik kedai kopi menjelaskan,
ide minum secangkir kopi bayar dengan sampah ini muncul karena prihatin banyaknya sampah berserakan di Lingkungannya.
“Melihat banyaknya sampah di Banyuwangi, TPS hampir tidak
bisa menampung. Jadi salah satu edukasi kepada masyarakat kita mengadakan ngopi
bayar sampah,” jelas Novian Darma Putra.
"Harapan kami ngopi
bayar dengan sampah, masyarakat teredukasi bahwa sampah ini punya nilai,”imbuhnya.
Didirikan sejak tahun 2019 lalu, ngopi bayar dengan sampah
di kedai kian dikenal masyarakat luas. Saat ini setiap harinya bisa menampung 5-6
kilogram sampah anorganik yang diperolehnya dari para penikmat kopi.
"Respon masyarakat lumayan bagus, jadi dari awal kita buka di
bank sampah ini kurang lebih ada 25 orang yang tukar sampah dengan kopi.
Setiap hari rata-rata lima sampai enam kilo,” ujar Novian Darma
Putra.
Pengunjung
menunggu secangkir kopi yang masih diproses langsung oleh barista. (Foto:
Firman)
Setelah terkumpul, sampah-sampah tersebut nantinya dijual
langsung ke bank sampah yang terletak tak jauh dari kedai kopi miliknya.
Di bank sampah binaan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi,
sampah anorganik diolah kembali menjadi sebuah kerajinan, maupun barang yang
lebih bermanfaat dan bernilai ekonomis.
Setidaknya, konsep sederhana yang dijalankan kedai kopi milik Novian Darma Putra, ikut membantu mengkampanyekan kebersihan, agar lingkungan
terbebas dari sampah anorganik yang sulit terurai oleh tanah. (man)