
Komisi IV DPRD Banyuwangi saat melakukan sidak ke SPPG Tukangkayu. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id - Komisi IV DPRD Banyuwangi melakukan
inspeksi mendadak (Sidak) ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Jalan
Kepiting, Kelurahan Tukangkayu, Jumat (24/10/2025).
SPPG di wilayah itu disebut sebagai dapur penyedia dan
pendistribusi Makanan Bergizi Gratis (MBG) untuk para siswa di Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) 1 Banyuwangi.
Sidak tersebut dilakukan menyusul kasus ratusan siswa MAN 1
Banyuwangi yang diduga keracunan usai menyantap menu MBG pada Rabu
(22/10/2025).
Para siswa di sekolah tersebut mengalami gejala mual,
muntah, diare, dan demam hingga harus mendapatkan perawatan medis.
Namun, upaya Komisi IV untuk melakukan pengecekan langsung
ke dapur SPPG berujung kekecewaan. Rombongan dewan tidak dapat bertemu dengan
kepala pengelola dapur karena disebut sedang sibuk.
Bahkan para wakil rakyat itu tidak diizinkan masuk ke area
produksi dengan alasan proses masak sedang berlangsung. Mereka hanya
dipersilakan duduk di ruang tamu tanpa dapat melakukan pengecekan menyeluruh.
"Kami kecewa dengan perlakuan pengelola SPPG. Kepala
dapur tidak menemui kami, sehingga kami tidak bisa mengecek secara
keseluruhan," ujar Patemo, Ketua Komisi IV DPRD Banyuwangi, usai sidak.
Ia menilai sikap tertutup pihak SPPG justru menimbulkan
tanda tanya besar terkait transparansi dan kualitas pengelolaan makanan bagi
siswa.
"Pelayanan SPPG ini kurang baik. Jangan melihat kami
dari sisi personalnya. Kami ini wakil rakyat, tugas kami mengawasi dan
mengontrol. Kalau akses saja ditutup, bagaimana publik bisa percaya,"
ujarnya.
Setelah gagal sidak SPPG, Komisi IV meminta klarifikasi
dari Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat. Berdasarkan keterangan yang
diterimanya, SPPG Tukangkayu sebelumnya memang dinilai kurang memenuhi sejumlah
kelayakan sanitasi.
"Keterangan dari Kadinkes, ada beberapa catatan
seperti ventilasi yang masih terbuka sehingga memungkinkan lalat masuk, serta
tidak adanya wastafel khusus yang ada hanya kran biasa. Tapi karena tadi kami
tidak boleh masuk, kami tidak tahu apakah catatan itu sudah dibenahi atau
belum," tegasnya.
Komisi IV juga melakukan penelusuran di sekolah. Namun
hingga kini, dugaan penyebab keracunan belum dapat dipastikan karena sampel
makanan masih diperiksa oleh Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda).
"Jadi kita menunggu hasil laboratorium terlebih
dahulu," jelas Patemo.
Ia menegaskan, program MBG sebenarnya baik, namun harus
dievaluasi dari sisi teknis, terutama pada proses produksi dan pendistribusian makanan.
Menurutnya, makanan siap saji memiliki potensi kerawanan lebih tinggi jika
standar higienitas, peralatan, hingga distribusinya tidak betul-betul memenuhi
prosedur ketat.
"Programnya bagus, hanya teknisnya yang harus
dibenahi. SPPG jangan sampai produksi jalan kalau dinyatakan belum laik. Buat
apa program bagus, kalau pada akhirnya membuat anak-anak sakit," tegasnya.
Sebelumnya diberitakan 112 siswa MAN 1 Banyuwangi diduga
mengalami keracunan setelah menyantap MBG. Para siswa mengeluh diare, panas,
mual dan mulas sejak Rabu (22/10/2025) berlanjut hingga Kamis (23/10/2025).
Tim dari Labkesda telah melakukan surveilens terhadap MBG
yang dikonsumsi siswa kemarin. Tim juga melakukan pemeriksaaan rectal swap, tes
usap terhadap peralatan yang ada di SPPG tempat MBG di MAN 1 Banyuwangi ini
berasal.
"Sampel sudah dikirim ke laboratorium untuk
diperiksa," kata Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat. (fat)