Keterangan Gambar : (Foto: Humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Banyuwangi Festival (B-Fest) telah menjadi ikon atraksi pariwisata bagi kabupaten paling ujung timur Pulau Jawa itu. Pada tahun ini, pemkab kembali menggelar ratusan event terangkai dalam kalender wisata yang sudah tidak asing di telinga publik nasional.
Cikal bakal B-Fest diawali dari ide seorang Abdullah Azwar Anas. Satu tahun menjabat bupati, pada 2011 Anas menggelar tiga atraksi wisata besar dalam rangkaian Hari Jadi Banyuwangi di tahun tersebut. Event tersebut adalah Gandrung Sewu, Banyuwangi Ethno Carnival, dan Banyuwangi Jazz Festival.
"Rupanya tiga event tersebut
mendapat sambutan hangat dari wisatawan. Maka, kami tercetus membuat sebuah
kalender wisata, yang lalu kami kemas dalam sebuah Banyuwangi Festival,"
jelas Anas, saat usai meluncurkan Banyuwangi Festival 2021 pada 17 Februari
2021 kemarin.
Maka, digelarlah Banyuwangi
Festival pertama kali pada 2012. Sejak itu, pelaksanaannya
terus dievaluasi dan mengalami peningkatan baik dari sisi kuantitas maupun
kualitas dari tahun ke tahun. Banyuwangi Festival menjadi kalender wisata
tahunan pertama yang disusun kabupaten/kota se-Indonesia secara terperinci dan
terintegrasi.
"Konsep calendar of event ini
kemudian menjadi tren di berbagai kabupaten/kota," ucap Anas.
Setahun kemudian pada 2013 B-Fest
meningkat menjadi 15 event. Pada 2014 menjadi 23 event. 2015 menjadi 38 event,
hingga pada pada 2019 terdapat 99 event.
"Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif pun telah menetapkan Banyuwangi sebagai kota festival terbaik
di Indonesia selama tiga tahun berturut-turut lantaran konsistensi dan
keragaman event agenda wisata yang digelar Banyuwangi," kata Anas.
Pada 2020 Banyuwangi sebenarnya
telah menyiapkan 123 event. Namun terpaksa harus dibatalkan karena pandemi Covid-19
yang memberikan dampak pada semua lini.
Kini memasuki tahun 2021, meski
masih dalam nuansa pandemi, Banyuwangi kembali menggelar B-Fest dengan total
102 event sepanjang tahun.
Keterangan Gambar : (Foto:
Humas/kab/bwi)
Menurut Anas, meski di masa pandemi
B-Fest tetap harus digelar. Karena selama ini Banyuwangi Festival mampu
menggerakkan ekonomi rakyat, dibuktikan dengan penurunan kemiskinan dan
peningkatan pendapatan per kapita Banyuwangi secara sangat signifikan.
"B-Fest ini menjadi instrumen
pemulihan ekonomi. Banyuwangi Festival akan menjadi salah satu instrumen
pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19, dengan tiga tujuan utama: membangun
optimisme rakyat, memperkuat solidaritas sosial, dan membuka kembali banyak
lapangan kerja," jelas Anas.
Anas menyebut B-Fest tahun ini
menggunakan hybrid konsep, karena penyelenggaraanya harus mematuhi
protokol kesehatan. konsep hybrid yang diusung bukan sekadar menyiarkan
aktivitas luring ke media daring seperti Youtube maupun live media sosial, tapi
sudah lebih jauh dari itu, yaitu mengintegrasikan konsep daring dan luring.
Mulai dari aktivitas pariwisata hingga transaksi UMKM.
"Di masa pandemi Covid-19,
Banyuwangi harus terus bersiasat agar para pelaku UMKM, ekonomi kreatif, dan
pariwisata bisa tetap menggeliat. Maka, muncullah Banyuwangi Festival dengan
konsep hybrid,” ujar Anas.
“Dari sini kita juga banyak belajar, bagaimana teknologi memandu kebangkitan sektor pariwisata, UMKM, dan ekonomi kreatif. Mungkin kita belum terbiasa dengan hybrid concept, masih terus belajar memperbaiki kekurangan, tapi tidak ada pilihan lain. Kita harus hadapi, pelajari, dan berjuang bangkit,” pungkasnya. (Humas/kab/bwi)